Sukses

Pesut di Pelalawan Akhirnya Berenang Bebas di Sungai Kampar

Pesut di Sungai Segati, Kabupaten Pelalawan, akhirnya berenang bebas di Sungai Kampar setelah dievakuasi BBKSDA Riau bersama Jakarta Animal Aid Network serta instansi lainnya

Liputan6.com, Pelalawan - Pesut di Sungai Segati akhirnya berenang bebas di Sungai Kampar. Evakuasi lumba-lumba air tawar ini dilakukan Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bersama Jakarta Animal Aid Network serta instansi lainnya.

Berlangsung hampir seharian, pesut di Pelalawan ini akhirnya berenang bebas ke arah hilir Sungai Kampar. Sebelum itu, berjarak 30 meter dari perahu petugas, pesut tadi menampakkan diri dengan muncul ke permukaan.

Menurut Kepala BBKSDA Riau Suharyono, pesut dilepasliarkan pada Sabtu malam, 19 September 2020. Sungai Kampar menjadi pilihan karena pesut diduga berasal dari sana dan terpisah dari kawanannya karena disorientasi sonar.

"Mudah-mudahan bisa berkumpul lagi dengan kawanannya," kata Suharyono, Minggu petang, 20 September 2020.

Suharyono menjelaskan, pesut ini mulai menampakan diri pada 14 September 2020. Menjelang evakuasi, mamalia ini selalu berpindah-pindah lokasi di sungai-sungai kecil di Pelalawan.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Ramah kepada Manusia

Sebelum evakuasi, pesut ini mendapat perhatian dari masyarakat. Saban hari masyarakat pinggiran sungai berkumpul untuk melihat keberadaannya karena terbilang ramah dengan manusia.

"Di Sungai Segati pesut ini sempat dilokalisir dengan memasang jaring radius 50 meter, tapi bisa dilewati dan berenang menjauh tiga kilometer," kata Suharyono.

Pada 18 September 2020, BBKSDA bersama petugas lainnya kembali melokalisir untuk memperkecil ruang gerak. Setelah melihat kestabilan pesut, petugas memutuskan evakuasi pada 19 September.

"Ada 8 perahu dan 2 jaring besar digunakan, pesut masuk jaring setelah 2 jam ditebar di sungai," kata Suharyono.

Pesut kemudian dibawa ke Desa Tambak. Di sana, petugas memodifikasi perahu dan membuat genangan air pakai terpal agar pesut tidak stres, kemudian dibawa pakai jalur darat.

"Sebelum pelepasan diberikan jeda 30 menit untuk mengurangi stres pada satwa," kata Suharyono.

Kepada masyarakat sekitar, Suharyono meminta partisipasi jika ada kemunculan satwa serupa. Masyarakat juga diimbau tak mencemari sungai untuk menjaga ekosistem.