Sukses

2.000 Bencana di Jabar Tiap Tahun, Ridwan Kamil Belajar dari Jepang

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyiapkan cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana atau resilience culture province.

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyiapkan cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana atau resilience culture province. Budaya Tangguh Bencana Jabar ini akan ditanamkan kepada seluruh warga melalui pendidikan sekolah sejak dini hingga pelatihan.

Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, terdapat 1.500 hingga 2.000 bencana yang terjadi di Jabar setiap tahun. Dengan risiko kebencanaan itu, warga Jabar diminta menyesuaikan diri dan memiliki budaya tangguh bencana.

“Saya minta masyarakat Jabar mulai menyesuaikan diri dengan budaya tangguh dalam menghadapi bencana, karena letak geografis Jabar yang kelihatannya indah tapi juga berbahaya dan tentunya dapat menimbulkan bencana,“ kata Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu (23/9/2020).

Dalam menyusun Budaya Tangguh Bencana Jabar, pria yang akrab disapa Emil ini berujar bahwa pihaknya merujuk kepada Jepang, di mana budaya tangguh untuk menghadapi bencana sudah ditanam dalam pola pikir dan budaya masyarakatnya sejak sekolah dasar. 

“Maka dari itu, kami mencoba belajar ke arah yang sama, yang kami butuhkan adalah mengubah semua kondisi yang ada dalam penanganan bencana menjadi sebuah budaya tangguh dalam menghadapi bencana,” katanya.

Dalam kepemimpinannya sebagai gubernur, Emil akan mencoba mengubah pola pikir baru ini menjadi apa yang disebut budaya tangguh. Adapun menurut Emil, terdapat enam faktor atau pilar penting untuk menciptakan budaya tangguh bencana di Jabar.

Pertama, mendidik warga dan memberikan pengetahuan agar mereka bisa bersikap preventif soal kebencanaan. "Jadi warga harus paham tentang budaya tangguh bencana ini untuk kebutuhan dirinya sendiri ketika terjadi bencana," tuturnya.

Kedua, memberikan pengetahuan tentang budaya tangguh bencana kepada seluruh pemangku pendidikan mulai dari sekolah dasar sehingga tangguh bencana menjadi bagian dari ilmu pengetahuan sehari-hari masyarakat Jabar.

"Ketiga, kami mencoba merancang infrastruktur yang tahan bencana, dimulai (contohnya) dari kawasan yang berpotensi tsunami, nantinya akan didesain berbeda dengan infrastruktur yang rawan banjir di perkotaan," ujar Emil.

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Hingga Pemulihan Pascabencana

Keempat, lanjutnya, menciptakan karakter tangguh bencana melalui kinerja lembaga pemerintahan dalam mengambil kebijakan, termasuk contohnya terkait pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi.

“Kami belajar bahwa regulasi dan kebijakan harus menyesuaikan dengan jenis bencana, mulai dari bencana alam, bencana kesehatan, hingga bencana buatan manusia,” ucap Emil.

Kelima, membuat lingkungan tempat tinggal yang memiliki konsep berkelanjutan dengan memperhatikan faktor penting 3P yaitu planet, people, dan profit.

"Jadi ada keseimbangan ekonomi, lingkungan, dan keadilan sosial. Itulah yang kami sebut ekologi ketahanan,” ungkap Emil.

Terakhir, pilar keenam bertujuan menghidupi kebutuhan pascabencana melalui pembiayaan yang sudah disiapkan.

"Kami sebut pembiayaan tangguh. Artinya anggaran yang kita miliki untuk pembangunan tidak hanya dilakukan selama bencana, tetapi juga dalam keadaan darurat ataupun pascabencana, dengan mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk pendidikan,” kata Emil.

Selain itu, untuk menyokong enam pilar Budaya Tangguh Bencana Jabar, Pemprov Jabar akan memiliki Command Center untuk ketahanan, di mana terdapat sistem peringatan dini, membaca potensi perubahan iklim menjadi potensi bencana, hingga indeks ketangguhan masing-masing daerah di Jabar.

“Jadi harapannya, dalam beberapa tahun ke depan, 27 kabupaten/kota se-Jabar paham mana area dari enam poin itu yang kuat atau lemah sehingga punya indeks tentang penanganan bencana yang tepat,” ungkapnya.