Sukses

Luar Biasa, Bocah SD Ini Jualan Snack Keliling Usai Orangtuanya Kena PHK

Eko berjualan snack yang kemudian dibantu oleh anaknya yang masih SD, Satrio

Wonogiri - Seorang bocah kelas VI SD asal Wonogiri berjualan snack demi membantu perekonomian keluarga. Bocah bernama Satrio Rindang Anggoro itu bermimpi membeli sepeda dan ponsel untuk belajar daring.

Saat Solopos.com mengikuti Satrio berjualan di wilayah Giriwoyo, ia mencoba menawarkan dagangannya di sebuah angkringan Cemuk. Ia membawa dua plastik berukuran besar yang di dalamnya berisi aneka snack. Plastik itu dibawa di tangan kanan dan kirinya.

Saat itu hanya satu orang yang membeli barang dagangannya. "Baru sepi, belum banyak orang. Yang beli sedikit," kata Satrio. Padahal, dagangan bocah ini kerap habis.

"Alhamdulillah sering habisnya. Kadang hanya sisa tiga atau empat bungkus. Saya kali pertama jualan tidak malu, tapi hanya takut tidak laku. Setelah hari pertama dagangan habis, saya langsung semangat berjualan di hari-hari berikutnya," kata dia, dikutip Solopos.com.

Satrio tinggal bersama kedua orangtuanya, Eko Nur Cahyono, warga asli Baturetno, dan ibunya Darmini, warga Ciamis, Jawa Barat. Eko dan Darmini terdampak pandemi Covid-19 yakni kena PHK dari pekerjaannya di Jakarta.

Mereka kemudian kembali ke Wonogiri. Eko berjualan snack yang kemudian dibantu oleh anaknya yang masih SD, Satrio. Menurut Eko, jualan Satrio lebih cepat habis ketimbang dagangannya. Eko terkadang mengantar Satrio berjualan jika tempat jualannya jauh.

Sasaran atau pasar utama yang ia tuju yakni perkantoran, bank, sekolahan dan rumah makan. Setiap kali berjualan, Satrio membawa 40-70 bungkus makanan ringan. Harganya bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp10.000, tergantung jenis makanan dan besar-kecilnya bungkus snack.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Ingin Beli Ponsel untuk Belajar Daring

Bocah yang bersekolah di SD Negeri IV Baturetno Wonogiri itu mengaku menabung hingga Rp20.000 setiap harinya hasil dari berjualan snack. Tabungan itu akan ia gunakan untuk membeli sepeda. Ia berharap setelah empat bulan berjualan, keinginannya untuk membeli sepeda bisa terwujud.

"Selain untuk bermain, sepeda bisa saya gunakan untuk berjualan juga kan. Di bagian belakang bisa dikasih bronjong. Tapi untuk wilayah Baturetno saja. Kalau daerah lain tetap diantar bapak. Semoga sebentar lagi bisa terbeli sepedanya," ungkap Satrio.

Meski nantinya ia sudah bisa membeli sepeda, ia akan tetap berjualan. Bahkan Satrio berharap dagangannya menjadi lebih banyak. Sehingga ia bisa lebih membantu perekonomian keluarganya.

Sementara itu, Eko mengatakan pada dasarnya sebagai orang tua terkadang ia juga merasa kasihan dengan anaknya. Namun tekad anaknya untuk berjualan tidak bisa dibendung.

"Kadang saya juga kasihan lihat Satrio berjualan. Namun selagi saya tidak memaksa dia dan dia senang berjualan serta bertekad untuk belajar mandiri, bagi saya tidak menjadi masalah," kata dia.

Salain ditabung, lanjut dia, uang hasil dagangannya digunakan untuk membeli beras, kebutuhan pokok dan membayar indekos setiap bulannya. Suatu hari, saat berjualan ada orang yang mengasih dia uang tanpa membeli makanan. Akhirnya uang tersebut dikembalikan kepada pemiliknya.

"Ya artinya Satrio dan saya murni berjualan. Tidak mau dianggap sebagai pengemis. Selagi kami masih bisa berjualan tidak mau meminta-minta," ujar dia.

Menurut Eko, anaknya tersebut merupakan tipe anak yang apa adanya. Ia lebih banyak membantu orang tua dari pada bermain dengan temannya. Di kesibukannya berdagang, ia selalu memanfaatkan waktu untuk belajar.

"Saat belajar online ini kendalanya di handphone [HP]. Karena HP milik Satrio rusak, akhirnya memakai HP saya," kata Eko.

Dapatkan berita Solopos.com lainnya di sini:

Â