Sukses

Menyusuri Jejak Kekaisaran Jepang dari Bunker Persembunyian Tentara di Mbay NTT

Saat Jepang menguasai Indonesia, penyebaran tentara Jepang menjangkau pulau Flores. Tak heran bila terdapat lubang atau bunker yang dipakai sebagai tempat persembunyian

Liputan6.com, Nagekeo - Saat Jepang menguasai Indonesia, penyebaran tentara Jepang menjangkau pulau Flores. Tak heran bila terdapat lubang atau bunker yang dipakai sebagai tempat persembunyian tentara Jepang di beberapa wilayah di pulau ini.

Di Kota Mbay dan beberapa wilayah Kabupaten Nagekeo lainnya, terdapat 22 lubang atau bunker Jepang. Bunker-bunker tersebut rata-rata dibangun di sebuah bukit, menyerupai lubang yang panjang dengan konstruksi yang kokoh dan sampai saat ini pun masih terjaga.

Namun, kondisinya sudah tidak terawat dengan baik. Padahal, kalau dirawat, bunker Jepang ini bisa menjadi situs wisata yang sarat dengan nilai sejarah masa lalu.

Terletak di pesisir utata Flores, Kota Mbay sempat dijadikan markas bagi tentara Jepang. Diduga kuat tentara Jepang mulai menetap di Mbay sekitar tahun 1943.

Liputan6.com berkunjung ke Mbay pada Senin (22/9/2020). Lokasi gua atau bunker Jepang ini berjarak ratusan meter saja dari jalan negara trans utara Flores. Selepas persawahan terdapat sebuah bukit tandus dengan tinggi sekitar 20 meter.

Bunker pertama berada persis di ujung jalan. Gua ini berada di samping pohon asam. Di bukit Sangatoro terdapat tiga lubang. Lubang pertama di sisi timur bukit persis menghadap jalan sebelah selatan. Dua lubang lainnya pun sama dan berada di sebelah barat lubang pertama dengan jarak sekitar 00 meter.

“Satu lubang di sebelah barat lagi tapi sudah tertutup tanah. Lubang ini bentuknya melingkar dengan diameter 8 meter dan panjang 12 meter. Ketiga lubang ini tidak saling berhubungan,” kata Kristian Melang, staf Dinas Pariwisata Kabupaten Nagekeo, NTT, yang menemani kami kala itu.

Kristian menuturkan, lubang ini dijadikan tempat persembunyian. Dan di depan lubang terdapat gundukan tanah. Sementara Wilbrodus Lasa, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo mengatakan, total bunker di Sangatoro sebanyak enam buah. Yang terpanjang sekitar 28 meter dan yang terpendek kurang lebih satu meter.

Berjarak sekitar 400 meter dari bukit Sangatoro ke arah selatan, terdapat bukir bernama Okisato. Bukit ini dikelilingi oleh enam bunker.

Bunker Jepang di Okisato dipergunakan sebagai tempat untuk pertemuan dan apel pagi. Kalau di Sangatoro dan Kobafesa merupakan tempat persembunyian,” tuturnya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Dikunjungi Wisatawan

Bunker Jepang lainnya terdapat di bukit Rane, Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa. Kondisinya relatif baik.Wisatawan pun sering datang ke tempat ini.

“Wisatawan sering datang ke tempat ini. Pernah ada penanaman pohon namun warga membakar lahan sehingga pepohonan pun ikut terbakar. Tak heran bukit ini tampak gersang,” kata Wilbrodus.

Menurut dia, ada tiga bunker lagi di Kobafesa, dimana satu lubang berhubungan dengan yang lainnya dan satunya terpisah. Tiga bunker Jepang lainnya terdapat di Okiwajo desa Aeramao dan 4 bunkerdi Wolo Putih, Kelurahan Lape.

"Di Wolo Putih ada satu lubang yang ada sumur di dalamnya. Airnya sampai saat ini tetap ada meskipun musim kemarau dan dipergunakan warga untuk minum ternak," kata Wilbrodus.

“Satu tempat untuk ibadah di dalamnya ada mezbah dan mimbar serta ada tangga di samping aulanya. Bunker ini tergolong paling lebar dan tinggi, ” ucapnya.

Bunker yang memiliki tempat ibadah panjangnya mencapai 20 meter dengan lebar 16,2 meter dan tinggi 15 meter. Tempat semacam aula ini diperkirakan bisa menampung hingga 100 orang.

“Permasalahan tanah menjadi permasalahan pelik sehingga pemerintah kesulitan menata bunker Jepang ini. Hanya satu di Kobafesa yang sudah ada penyerahan tanahnya oleh suku kepada pemerintah,” ujarnya.