Liputan6.com, Blora - Keberadaan sumur bekas pengeboran minyak Belanda di Desa Plosorejo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora menyimpan misteri. Dipercaya, sumur minyak tua itu ditunggui makhluk tak kasat mata, alias makhluk gaib.
Sekitar lokasi sumur itu, terdapat sebuah pohon yang acapkali dipakai ritual sakral oleh orang dari berbagai penjuru daerah.
Advertisement
Baca Juga
Menurut cerita tutur masyarakat, sumur tua tersebut dihuni makhluk gaib yang dikenal dengan sebutan Mbah Sagoh. Bekas dupa maupun sesaji pun terlihat di sekitar lokasi pepohonan yang tumbuh di sana.
"Mbah Sagoh itu makhluk gaib penghuni disini. Banyak orang-orang dari luar daerah bikin acara bancakan di titik sekitar pohon ini," kata Piyono (50) kepada Liputan6.com, Sabtu (3/10/2020).
Saat disinggung adanya hal itu, sesepuh di Desa Plosorejo tersebut menjelaskan bahwa bancakan biasanya diadakan di hari tertentu saja. Utamanya pada saat bulan Muharram (Suro).
"Kemarin pas bulan Suro ya ada. Entah warga dari mana bikin acara di sini, mereka bagi-bagi makanan dan daging juga ke para petani," ucapnya.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Fenomena Aneh
Menurut Piyono, adanya orang-orang dari luar daerah yang kemudian membuat acara di sekitar sumur tua tersebut tujuannya tidak lain untuk mencari berkah dalam hidup.
"Mbah Sagoh. Kata-kata itu kan dari sugih kemudian jadi Sagoh. Artinya itu pesugihan," sebutnya.
Obrolan Piyono tidak selesai sampai di situ. Dia menceritakan, seringkali muncul fenomena aneh di sekitar lokasi sumur tua tersebut.
Misalnya, fenomena semburan sumur yang tidak mengalir ke area persawahan milik petani. Padahal air bercampur gas di sumur tersebut selalu menyembur sejak zaman dia belum dilahirkan.
"Cerita bapak saya, kakek saya begitu. Itu sudah menyembur sejak dulu," kata Piyono.
Â
Advertisement
Api Abadi Mrapen Mini di Blora
Di lokasi yang berdekatan dengan tempat yang dianggap sakral itu, ada juga sebuah titik semburan api kecil yang dulunya menyala seperti api abadi Mrapen, Grobogan.
Bekasnya pun masih terlihat jelas bahwa dulunya pernah ada api yang menyala. Bahkan tampak pula sejumlah bangkai burung yang mati di titik lokasi tersebut.
Saat ini, titik tersebut maupun Api Abadi Mrapen sudah tidak lagi nyala alias sudah padam karena disebabkan banyak hal.
"Perkirakan sekitar tujuh tahun lalu, api yang menyala kecil di sini di tutup warga dengan batu-batu. Apinya langsung mampet padam," Piyono menuturkan.