Sukses

Ada Surga Anggrek di Kutai Kartanegara, Namanya Solong Pinang Abang

Tak banyak yang tahu jika di pedalaman Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ada hutan anggrek yang tumbuh secara alami.

Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Kaspul, Sekretaris Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sedikit terburu-buru membawa secarik kertas. Ada beberapa gambar yang menunjukkan peta dengan coretan tinta.

Kantor Kecamatan Kenohan di pertengahan Bulan Agustus 2020 itu tampak lengang. Wajar saja, sebab beberapa pejabat dan staf sedang mengikuti pertemuan virtual soal penanganan Covid-19.

“Maaf, saya sambil meeting saja ya,” katanya kepada Liputan6.com seraya duduk di sofa ruang kerjanya.

Kaspul punya keinginan kuat agar kecamatan tempatnya bertugas terkenal lebih luas. Dia menyebut ada beragam potensi yang bisa membuat salah satu kecamatan di pedalaman Kutai Kartanegara itu lebih dikenal dunia.

“Di sini, di Desa Kahala ini, ada hutan anggrek. Isinya banyak anggrek hitam. Lebih cantik dari Kersik Luwai,” ungkapnya dengan mimik serius sambil memperbaiki masker di wajahnya.

Rombongan yang diajak berbicara itu mengerutkan dahi. Butuh pembuktian seberapa bagus lokasi hutan anggrek yang disebut Kaspul.

Mendengar taman hutan anggrek di Kaltim, tentu hampir semua orang akan mengingat nama Kersik Luwai di Kutai Barat. Di kawasan sejauh 15 Kilometer dari Kota Sendawar itu terdapat beragam jenis anggrek endemik Kalimantan seperti Anggrek Hitam.

“Tapi lokasi hutan anggrek di Kenohan masih terisolir,” sebutnya memecah kebingungan lawan bicaranya.

Pertemuan itu kemudian menghasilkan janji untuk menjelajahi lokasi hutan anggrek yang disebut Kaspul. Rencana langsung disusun, termasuk menentukan waktu yang tepat.

Kecamatan Kenohan beribukota di Desa Kahala. Desa ini mulai sepi sejak jalur sungai tak lagi menjadi pilihan warga sebagai akses bepergian. Jalan darat membuat Desa Kahala seolah mati.

Aktivitas ekonomi berjalan sangat lambat. Sulit menemukan warung makan dengan menu lengkap. Kalaupun ada, makanan yang disajikan tak banyak.

“Saya bermimpi menghidupkan kawasan ini lagi,” curhat Kaspul.

Simak juga video pilihan berikut:

2 dari 6 halaman

Jalan Kaki Tiga Jam

Senin, 5 Oktober 2020, janji Sekretaris Kecamatan Kenohan, Kaspul, ditepatinya. Sebanyak 15 orang, termasuk Kaspul sendiri, Kepala Desa Kahala Mahlan, staf kecamatan dan desa, serta warga penunjuk jalan.

Liputan6.com termasuk dalam rombongan itu sebagai orang luar Desa Kahala pertama yang ikut menjelajahi hutan anggrek. Berangkat diawali dari sebuah rakit milik warga yang sehari-hari digunakan sebagai jamban.

Perjalanan dimulai dengan menaiki perahu kecil bermesin tunggal. Perjalanan dengan perahu ini membutuhkan waktu sekitar 30 menit menuju muara sebuah danau yang masuk kawasan Gambut Mahakam Tengah.

Karena air danau sedang surut, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju tepi danau, melewati rawa basah. Berjalan kaki menembus hutan pun dilanjutkan hingga tiga jam.

“Di sini pohonnya tidak tinggi. Tapi bentuknya sama. Kalau tidak paham lokasi, bakal tersesat,” kata Kepala Desa Kahala, Mahlan.

Pemandangan indah tersaji saat rombongan menemukan padang rumput yang luas. Seolah padang Savana, rombongan pun berhenti untuk beristirahat.

3 dari 6 halaman

Semak Belukar Juga Anggrek

Meski jauh, sepanjang perjalanan rombongan disajikan pemandangan unik. Semak belukarnya bukan rumput liar, melainkan anggrek.

Tanaman anggrek itu tak banyak yang berbunga. Sebab belum musimnya. Warnanya juga unik dengan daun bunga berwarna putih, sisi dalamnya berwarna kuning dan ungu.

“Bayangkan kalau kita ke sini pas berbunga semua. Pasti indah sekali,” sebut Kaspul kepada rombongan.

Di sini juga mudah menemukan tanaman Kantong Semar. Sama seperti anggrek itu, Kantong Semar juga tanaman liar yang menjalar hingga ke beberapa pohon.

Meski penunjuk jalan adalah penduduk setempat, rombongan tetap memasang tanda untuk jalan kembali pulang. Mengantisipasi tersesat atau kemalaman.

Kondisi hutannya juga tak terlalu ekstrim. Di beberapa titik, di padang rumput, pohon hanya setinggi dua meter. Di titik lain yang dilalui harus menembus hutan, namun tidak terlalu lebat.

4 dari 6 halaman

Hutan Anggrek itu Bernama Solong Pinang Abang

Setelah perjalanan yang melelahkan, sampailah rombongan ke titik yang dituju. Benar kata Kaspul, di sini terdapat hutan anggrek. Warga setempat menamakan tempat ini dengan sebutan Solong Pinang Abang.

Anggrek tumbuh di tanah berpasir putih, berlindung di balik pohon rindang. Beragam jenis anggrek seolah berlomba tumbuh di antara akar pepohonan dan batang pohon.

“Sayang sekali, kita datang sedang tidak berbunga. Menurut warga yang pernah ke sini, kalau semua berbunga, di sini harum sekali,” kata Kepala Desa Kahala, Mahlan.

Dari informasi warganya, Mahlan menyebut ada beragam jenis anggrek di sini. Tak hanya anggrek hitam yang fenomenal itu.

“Ada anggrek putih, anggrek lipan, anggrek pisang, anggrek merah, anggrek bulan, dan lain-lain. Sebagian besar malah kita tak tahu namanya, pokoknya anggrek,” kata Mahlan sambil tertawa.

Sekretaris Kecamatan Kenohan, Kaspul, menyebut luas areal ini mencapai 400 hektar. Hampir semuanya merupakan hutan anggrek.

“Ini yang saya sebut potensi luar biasa dari Kenohan,” katanya.

5 dari 6 halaman

Ada Tujuh Titik

Lokasi pusat hutan anggrek di Solong Pinang Abang berdasarkan temuan warga sebanyak tujuh titik. Masing-masing dinamakan sesuai angka yang dihitung dari tepi danau.

“Ada Pasir Satu, Pasir Dua, Hingga Pasir Tujuh. Yang kita datangi hari ini Pasir Empat namanya,” kata Mahlan.

Dari pencitraan satelit di Google Maps, Pasir Empat yang disingahi rombongan kali ini merupakan yang terluas. Namun jika dihitung dari Google Maps, titik hutan anggrek lebih dari tujuh.

“Mungkin kita belum menjelajahi semuanya,” sebut Mahlan beralasan.

Meski demikian, pihak Pemerintah Desa Kahala bersama Pemerintah Kecamatan Kenohan akan melakukan penjelajahan lebih lanjut dan menginventarisir jenis anggrek di Solong Pinang Abang.

“Mudah-mudahan ada instansi kehutanan yang mau membantu kami mengenalkan beragam jenis anggrek itu,” sebutnya.

Selain itu, rencana membangun jalur untuk pengunjung juga disusun. Jalur yang dibuat selama ini hanya berdasarkan insting.

“Kita akan petakan jalur mana yang bisa dilalui dengan mudah,” kata Mahlan.

6 dari 6 halaman

Mimpi Kenohan

Penemuan hutan anggrek ini sebenarnya sudah diketahui beberapa tahun silam. Hanya saja, belum ada penjelajahan lebih lanjut.

Status hutan ini pun masih masuk dalam Kawasan Budidaya Kehutanan. Status ini membuat kawasan hutan anggrek melarang aktivitas selain aktivitas kehutanan.

“Kita sudah ajukan enclave, prosesnya sedang berjalan. Nanti kita akan jadikan sebagai hutan desa dan kita berharap jadi salah tujuan wisata,” papar Mahlan.

Kaspul juga mengutarakan hal serupa. Dia berharap Kenohan tak lagi tertinggal dan menjadi salah satu pusat tujuan kunjungan wisatawan.

“Potensi itu akan kita gali satu per satu. Mungkin kita awali dengan hutan anggrek ini,” katanya.

Keduanya bermimpi mewujudkan Kenohan sebagai daerah maju, tak terus tertinggal seperti saat ini.

“Itu mimpi saya ketika diberitahu mendapat tugas sebagai Sekcam di Kenohan. Ini tanah kelahiran saya dan sebisa mungkin, sebelum pension, ada sesuatu yang bisa kita wujudkan di Kenohan ini,” pungkas Kaspul.