Liputan6.com, Padang - Jumlah pengujian atau testing sampel Covid-19 di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) tak perlu lagi diragukan, bahkan sudah mendapat pujian langsung dari Presiden RI Joko Widodo.
Pemeriksaan spesimen di laboratorium per harinya bisa mencapai 3.000 lebih, tetapi tingkat penularan virus Covid-19 di Sumbar juga tinggi dan semakin tak terkendali.
Pakar epidemiologi Universitas Andalas, Defriman Djafri mengingatkan, dalam penanganan pandemi Covid-19, Sumbar jangan hanya euforia testing semata. Namun, tidak fokus pada pengendalian penyebaran virus Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
"Yang jadi pertanyaan masyarakat itu ada dua. Apakah tingginya kasus penularan sebagai konsekuensi dari tingginya testing, atau penularan yang memang tidak bisa dikendalikan," ujar Dekan Kesmas Unand ini saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (14/10/2020).
Dia khawatir, selama ini yang diperiksa merupakan orang-orang dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) yang di ujung, bukan OTG di awal.
"Artinya, pasien baru terdeteksi di akhir saat ia mau sembuh, sementara ia sudah menularkan virus Covid-19 pada orang lain terlebih dahulu. Jadinya, jelas kita tidak memutus mata rantai penyebaran," imbuhnya.
Saksikan Juga Video Pilihan Berikut Ini:
Kekompakan Dinas Kesehatan dan Laboratorium Dipertanyakan
Defriman menilai antara Dinas Kesehatan dan laboratorium tidak kompak dalam penanganan dan pengendalian virus Covid-19 di Sumbar. Mereka lebih cenderung bekerja sendiri-sendiri.
"Harusnya data surveilans di lapangan harus digandengkan dengan data laboratorium. Saya lihat seolah kerja sendiri-sendiri saja," ujarnya.
Dalam hal ini, lanjut Defriman, Gubernur Sumbar harus mengajak kedua belah pihak itu bekerja sama dan saling bergandengan tangan dalam penanganan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Defriman menegaskan, jangan hanya diserahkan kepada orang laboratorium semata, sementara mereka tidak paham bagaimana cara pengendalian di lapangan.
"Jangan hanya karena dr Andani (Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas) mempunyai lab, jadi semuanya dipercayakan ke dia," ujarnya lagi.
Menurutnya, dalam penanganan pandemi Covid-19 ini pemerintah Provinsi Sumbar harus menempatkan Dinas Kesehatan sebegai leader, dan laboratorium sebagai supporting, bukan sebaliknya.
"Itu sebabnya saya berbeda pendapat dengan Gubernur. Tempatkanlah Dinas Kesehatan itu sebagai leader-nya, sementara lab hanyalah supporting atau pendukung," ucapnya.
Advertisement