Sukses

Cerita Nelangsa Warga Sikka, Antre Tetesan Air Demi Penuhi Kebutuhan Hidup

Kemarau panjang membuat warga di Kabupaten Sikka kesulitan mendapatkan air bersih.

Liputan6.com, Sikka - Kemarau panjang melanda Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Terhitung sudah sejak Maret 2020, kawasan itu dilanda kemarau, sehingga sebagian besar warga mulai merasakan kesulitan mendapatkan air bersih.

Warga Desa Wolomapa, Kecamatan Hewakloang, misalnya, mereka terpaksa harus berjalan kaki sejauh satu kilometer menuju Sungai Wair Kokang Klemot, untuk bisa mendapatkan air minum bersih.

Mata air Kokang Klemot merupakan sumber mata air yang ada di tebing dan hanya menetes sedikit demi sedikit. Dari situ warga mengambil untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

Menggunakan wadah dari bambu dan jerigen untuk mengisi air bersih, warga rela antre untuk mendapatkan air bersih. Air yang mereka kumpulkan juga hanya sekadar untuk masak dan minum, selebihnya mereka harus mendatangi sumber air bersih untuk mandi dan cuci.

Kondisi sulitnya air bersih di Desa Wolomapa menjadi potret sulitnya warga di Kabupaten Sikka mengakses air bersih di musim kemarau seperti saat ini.

Petrus Petu, salah seorang warga Desa Wolomapa, kepada Liputan6.com, Rabu (14/10/2020) mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap hari, seluruh warga Desa Wolomapa mengandalkan air hujan, sehingga di setiap rumah warga ada bak air untuk menampung air hujan.

"Namun saat kemarau, warga terpaksa membeli air satu tangki yang isinya 5.000 liter dengan harga sekitar Rp500 ribu," ungkapnya. 

Dirinya juga mengatakan, musim hujan, pasti bak air milik warga penuh. Tetapi kalau musim kemarau, warga terpaksa membeli air. Bagi warga yang tidak ada bak air dan tidak bisa membeli air, pasti mereka ambil air di kali itu yang lokasinya sangat jauh dan terjal.

"Warga di sini selalu mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-harinya. Tetapi musim kemarau berkepanjangan di tahun 2020 ini warga tidak bisa menampung air hujan, sebap belum hujan sama sekali," katanya.

Petrus mengakui sampai saat ini mobil tangki air bersih pun tidak bisa masuk ke Desa Walomapa, karena adanya aturan protokol kesehatan. Ini disebapkan pandemi Covid-19 seperti sekarang membuat kesulitan warga untuk mendapatkan air bersih makin tinggi.

"Mau tidak mau kita harus turun ke kali untuk ambil air karena mobil tangki air milik swasta tidak beroperasi. Kalau soal air, desa kita sejak dari dulu memang kesulitan air bersih. Kalau musim hujan kita masih legah. Tetapi masuk musim kemarau begini, kita harus keluarkan uang tidak sedikit untuk membeli air," jelasnya. 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kata Kepala Desa

Sementara itu Kepala Desa Wolomapa, Marianus Moa saat dikonfirmasi Liputan6.com mengatakan, sejak Maret setiap tahunnya, warga memang biasa kesulitan air bersih.

"Untuk memenuhi kebutuhan air minum bersih bagi warga, pihak pemerintah desa pun mengadakan air bersih. Kita mendistribusikannya dengan cara bergilir untuk 3 dusun di desa ini. Namun, ketersediaan itu tidak mencukupi untuk menjawab kebutuhan masyarakat di desa ini," ungkapnya.

Mariaus juga mengatakan, warga di desanya hanya mengharapkan satu-satunya sumber mata air yang diandalkan warga desa adalah mata air yang mengalir di tebing.

Pihaknya hanya bisa berharap dukungan dari pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi untuk mengatasi kesulitan air bersih di desanya.