Liputan6.com, Kendari - Ratusan siswa SMAN 9 Kendari, mendatangi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Sultra, Senin (19/10/2020). Mereka protes dan keberatan, sekolahnya dipimpin kepala sekolah (kepsek) yang pernah tersangkut dugaan kasus pencabulan.
Kepala sekolah tersebut, diketahui berinisial As. Secara resmi, dia menduduki jabatan baru menjadi kepala sekolah SMAN 9 Kendari dua pekan lalu.
Sebelumnya, dia diganti usai tersangkut dugaan tindakan asusila terhadap sejumlah siswi Sekolah Keberbakatan Olahraga (SKO) Sulawesi Tenggara, November 2017. Siswa sempat protes juga setelah keluhan beberapa siswi.
Advertisement
Baca Juga
Koordinator aksi, Andriansyah menyatakan, dia dan ratusan siswa SMAN 9 Kendari, tidak mau kepala sekolah yang pernah tersangkut kasus dugaan pencabulan, memimpin SMAN 9 Kendari. Apalagi, sekolah itu merupakan salah satu sekolah unggulan di Sultra.
"Kami bingung, kenapa pihak Dikbud Sultra masih mengakomodir seseorang dengan rekam jejak yang kurang baik. Kasihan anak didik harapan bangsa dan daerah ke depan dipimpin kepala sekolah yang pernah diganti usai terjerat kasus cabul," ujar Andriansyah.
Ketua OSIS SMAN 9 Kendari, Adelia Tungka menyatakan, saat ini dia meminta kepada pihak Dikbud Sultra untuk membatalkan pengangkatan kepsek yang pernah tersangkut kasus cabul itu. Dia juga mempertanyakan alasan Kadis Dikbud menyetujui kepsek yang pernah bermasalah itu.
Sapril, salah seorang siswa SMAN 9 Kendari menyatakan, saat ini di sekolahnya banyak cewek cantik. Dia khawatir, siswi-siswi yang datang dari rumah ke sekolah untuk belajar dan mencari ilmu, malah jadi sasaran.
"Banyak cewek cantik karena salah satu sekolah favorit di Kendari. Jangan sampai mereka jadi sasaran," ujar Sapril.
Terkait kasus pencabulan, Kabid Sekolah Menengah Atas (SMA) Dikbud Sultra, Samahu menyatakan, Dikbud sudah memantau demonstrasi siswa. Namun, terkait tuntutan siswa dan alumni, pihaknya tidak bisa langsung menindaklanjuti tanpa ada bukti-bukti kuat.
"Kalau memang ada bukti, kita langsung ajukan untuk dibahas. Namun, ketahuilah, penggantian dan pengangkatan itu harus secara prosedural," ujarnya.
Samahu sempat mengantar sejumlah perwakilan siswa yang hendak memeriksa ruangan di dalam kantor, memastikan keberadaan Kadis Dikbud yang tidak berada di tempat. Puas usai sempat berteriak memaksa masuk kantor, mereka menemukan kadis tak berada di tempat.
Kadis Dikbud Sultra, Asrun Lio, hadir setelah demonstrasi berlangsung sejam lebih. Dia menegaskan, tindakan Aslan terkait dugaan pencabulan, mestinya laporannya menyertakan bukti-bukti hukum. Sehingga, pihaknya bisa menguji informasi dan data, selanjutnya jadi bahan evaluasi.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Cerita Aslan, Pernah Didemo Siswa
Sebelumnya, As, kepala sekolah yang diprotes siswa SMAN 9 Kendari, pernah mengalami hal yang sama saat memimpin Sekolah Keberbakatan Olahraga (SKO) Sultra 2017 lalu. Dia terekam CCTV, masuk di dalam ruang kepala sekolah bersama dua orang siswi saat malam hari.
Dari gambar CCTV, As masuk di dalam ruangan ditemani dua orang siswi. Selanjutnya, salah seorang siswi keluar, menyisakan seorang siswi berinisial UM di ruangan. Belasan menit kemudian, siswi tersebut keluar diikuti As.
Perbuatan kepsek ini, sudah diketahui kedua orangtua UM melalui laporan rekan-rekan UM. Kedua orangtuanya yang tidak terima karena perbuatan memalukan ini, akhirnya memperkarakan perbuatan tak senonoh kepala sekolah secara adat.
Menurut adat setempat, kepala sekolah harus didenda untuk menutupi malu keluarga. Penyelesaian secara adat terhadap orangtua siswi, juga sudah diakui kepala sekolah SKO Sulawesi Tenggara."Kalau penyelesaian secara ada sudah saya lakukan. Kalau menurut keluarga korban perbuatan itu membuat malu, sudah saya selesaikan secara adat," pungkas As.
Saat itu, sekitar seratus lebih siswa SKO Sulawesi Tenggara awalnya hendak menggelar demonstrasi ke Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara, Senin (6/12/2017). Namun, demonstrasi ini dicegat langsung kepala sekolah SKO. Dengan membawa satu orang Anggota Bhabinkamtibmas dari polsek setempat, ratusan siswa SKO akhirnya mengurungkan niat.
Tak lama setelah itu, tim bentukan Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Tenggara datang memeriksa sejumlah saksi di Sekolah Keberbakatan Olahraga Sulawesi Tenggara. Bukan soal dugaan kasus asusila saja, siswa SKO pernah berdemonstrasi soal makanan yang dianggap tidak layak untuk siswa sekolah keberbakatan. Demonstrasi digelar di halaman sekolah.
Â
Advertisement