Sukses

Upaya Penyintas Tsunami Palu Mendulang Rezeki dari Lembaran Daun Kelor

Kebutuhan sumber ekonomi alternatif di tengah pandemi Covid-19 dirasakan mendesak oleh para penyintas bencana di Palu. Salah satunya dengan pengolahan daun kelor yang ternyata berkhasiat juga menangkal Covid-19 dan bernilai ekonomi.

Liputan6.com, Palu - Kebutuhan sumber ekonomi alternatif di tengah pandemi Covid-19 dirasakan mendesak oleh para penyintas bencana di Palu. Salah satunya dengan pengolahan daun kelor yang ternyata berkhasiat juga menangkal Covid-19 dan bernilai ekonomi.

Rosmin dan belasan penyintas gempa dan tsunami dari Kecamatan Palu Utara sudah 6 hari belajar di Politeknik Pertanian dan Kelautan Palu. Selama 6 hari juga, mereka rela bolak-balik hunian tetapnya di Kelurahan Tondo untuk ikut palatihan keterampilan mandiri.

Hari itu sejak Rabu pagi (21/10/2020) para Dosen Politeknik Palu sekaligus mentor pelatihan memberikan materi pengolahan daun kelor menjadi berbagai macam produk olahan bernilai ekonomi dengan alat sederhana. Kali ini mengolahnya menjadi tepung. Produk yang banyak diminati masyarakat.

"Kemarin kami belajar teori, hari ini kami praktik mengolah daun kelor. Biasanya kan kelor hanya kami buat sayuran di rumah, ternyata bisa diolah jadi produk lain," kata Rosmin (43), salah satu penyintas peserta pelatihan mandiri di Politeknik Palu, Rabu (21/10/2020).

Praktik membuat tepung daun kelor itu dilakukan di Laboratorium Politeknik Palu dengan 3 instruktur mendampingi para penyintas. Ilmu olah daun kelor dari teknik memilih daun, penjemuran, menjadi tepung hingga pengemasan dipelajari para penyintas yang didominasi ibu-ibu itu. Alat-alat yang digunakan pun sederhana, hanya membutuhkan mesin blender dan press kemasan. Usaha ini tentu cocok bagi para penyintas yang akan memulai usahanya dari skala rumahan.

Hanya dalam waktu singkat, ibu-ibu itu sudah mahir menciptakan produk olahan daun kelor dengan cara sederhana bahkan hingga siap jual. Betapa pun sederhananya pelatihan itu, Rosmin dan belasan penyintas yang ikut dalam pelatihan itu senang lantaran ilmu dari para akademisi pertanian itu adalah hal baru bagi mereka.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Memanfaatkan SDA

Rosmin mengatakan, ilmu pengolahan daun kelor itu bisa dimanfaatkannya meningkatkan ekonomi keluarga yang makin sulit lantaran pandemi Covid-19 saat ini. Kesulitan yang menimpanya beruntun setelah alat-alat produksi sayur masak, usahanya dahulu, dan rumahnya hilang karena gempa dan tsunami pada 28 September 2018.

Usahanya untuk pulih dengan berjualan nasi kuning keliling pun mulai sepi pembeli lantaran pandemi. Keuangan keluarganya makin terpuruk karena sang suami hanya bekerja serabutan.

Jualan produk makanan atau bahan pangan dari kelor, kata dia, bisa jadi alternatif penghasilannya. Selain karena tanaman itu banyak tumbuh di sekitar permukimannya, konsumsi kelor warga Palu yang tinggi juga jadi potensi penjualannya.

"Kami bersyukur dapat pelatihan ini. Setelah ini kami akan kembangkan. Semoga bisa membantu ekonomi di situasi seperti sekarang,” kata Rosmin.

Potensi pengembangan kelor sebagai sumber pendapatan untuk peningkatan ekonomi warga sendiri menurut akademisi pertanian Politeknik Palu, Eko Priyatono, terbuka lebar. Selain karena tanaman itu sudah menjadi budaya kuliner masyarakat Sulteng khususnya Sigi, Palu, dan Donggala, kelor juga saat ini diminati oleh negara lain untuk berbagai produk.

Olahan dari kelor juga disebut bernilai ekonomi saat pandemi seperti sekarang ini karena tanaman itu juga punya kandungan yang meningkatkan antibodi untuk menangkal virus corona dalam tubuh.

"Anti oksidan kelor tinggi. Dia juga mengandung vitamin A, B6, dan C yang tinggi. Sehinnga bisa meningkatkan daya tahan tubuh jika dikonsumsi rutin. Kami harap pelatihan ini bermanfaat bagi para penyintas," Dosen Politeknik Palu, Eko Priyatono menjelaskan, Rabu (21/10/2020).