Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 menyebabkan nyaris seluruh sektor terdampak. Salah satunya pendidikan, termasuk pondok pesantren. Sempat libur nyaris lima bulan sejak Maret, sejumlah pesantren akhirnya mulai mengaktifkan asrama atau pondok.
Salah satunya Pondok Pesantren Nurul Ihsan, yang terintegrasi dengan SMA IT Nurul Ihsan Boarding School Cilacap, di Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Di pondok pesantren ini, santri sudah kembali ke asrama sejak Juli. Pengelola pesantren tetap menerapkan protokol ketat pencegahan Covid-19.
Hingga saat ini, pesantren masih melarang kunjungan orangtua santri. Ini dilakukan untuk mengantisipasi penularan Covid-19 di lingkungan pesantren.
Advertisement
Baca Juga
Sepintas lalu, jika dilihat dari luar, kompleks pesantren ini tampak sepi. Plang dan palang dipasang di jalur menuju asrama dan gedung sekolah. Tiap tamu mesti melalui pintu utama, dan diterima oleh pengurus pesantren.
Berbeda di luar kompleks yang tampak sepi, di dalam pesantren santri tetap mengaji dan berkegiatan lainnya. Yang paling khas dari pesantren ini adalah tahfidzul Qur’an, atau menghafal Al-Qur'an.
Sejak berdiri pada 2010 lalu, pesantren ini telah meluluskan lebih dari 120 hafiz atau hafizah. Bahkan, beberapa di antaranya, bisa menghapal Al-Qur'an super cepat. Hebatnya, sebagian penghafal cepat itu berasal dari kalangan biasa, atau awam.
Tercatat, ada lima santri tercepat hafal Al-Qur'an di Pondok Pesantren Nurul Ihsan. Mereka adalah, Winarto, asal Kroya, Cilacap, hafal dalam waktu 72 hari. Fauzan Adi Nugroho, asal Banyumas, hafal dalam waktu 85 hari.
Kemudian, Isna Munfa’atika, asal Cilacap, hafal dalam waktu dua bulan. Shofiyah Salma, asal Cilacap, hafal dalam waktu empat bulan, terakhir Isna Nadiatul Khusna, Cilacap, hafal dalam jangka empat bulan 14 hari.
“Saya ingin menjadi Ahlul Qur’an (ahli Al Quran). Keinginan saya paling kuat adalah ingin membahagiakan orangtua. Karena ridlo Allah tergantung kepada ridlo kedua orangtua,” kata Winarto.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Spirit Para Penghafal Al-Qur'an
Winarto mencatat target harian dan berupaya disiplin untuk mencapainya. Dia menggunakan satu mushaf standar, dengan jumlah 20 ayat per lembar.
Perjalanan Winarto menghafal Al-Qur'an pun tak semudah membalik telapak tangan. Ia mengaku kerap terbentur suasana hati. Kadangkala ia rindu keluarga. Di waktu lainnya, suasana hatinya tak begitu baik.
“Kalau hati saya sedang malas, yang saya ingat adalah wajah kedua orangtua dan keinginan untuk menjadi ahlul Qu’ran,” ujar santri yang juga siswa kelas X SMA IT Nurul Ihsan.
Santri penghafal Al-Qur'an cepat lainnya adalah Isna Munfa’atika. Seperti telah disebut, santri perempuan ini mampu menghafal dalam jangka dua bulan.
Isna bercerita, semula menghafal Al-Qur'an demi menuruti keinginan orangtua. Tak disangka, seiring perjalanan waktu, Isna diberkahi kemudahan dalam menghafal Al-Qur'an.
Isna berbagi tips agar seseorang bisa cepat hafal Al-Qur'an. Pertama yakni, niat Lillahi Ta’ala dan berdoa dengan ikhlas agar dimudahkan oleh Tuhan. Kemudian, mengulang-ulang ayat yang telah dihafal.
Sebab, ayat yang sudah dihafal akan lebih terasa nyaman ketika terus diulang. Sebaliknya, jika tak diulang, maka ayat-ayat yang sebelumnya dihafal itu akan mudah hilang dan menjadi beban.
Tips lainnya yakni, tadabur Al-Qur'an. Dengan mengetahui makna dan tafsir, maka akan lebih mengenal dan memahami kandungan Al-Qur'an. Lainnya yang tak kalah penting adalah berupaya menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.
“Saya ingin memberikan mahkota surga untuk kedua orangtua,” kata Isna.
Advertisement
Kolaborasi Pesantren dan Pendidikan Formal
Ketua Yayasan Nurul Ihsan, Ir H Mohammad Saifullah menjelaskan, Pondok Pesantren Nurul Ihsan didirikan pada 2010. Pesantren ini menjadikan Al-Qur'an sebagai salah satu prioritas keilmuan.
Meski masih terhitung belia, pesantren ini telah meluluskan lebih dari 120 penghafal Al-Qur'an. Sesuai misi awal, pesantren ingin mendekatkan Al-Qur'an kepada masyarakat.
Merespons perkembangan zaman, pada 2019 untuk kali pertama, pesantren ini membuka pendaftaran sekolah formal, SMA IT Nurul Ihsan. Itu berarti, tahun 2020 ini adalah angkatan kedua.
Yayasan menerapkan standar ketat penerimaan siswa SMA IT. Tahun pertama, SMA ini hanya menerima 28 siswa, putra dan putri. Dan pada tahun kedua, 2020 ini, SMA IT Nurul Ihsan hanya menerima sebanyak 47 siswa.
Salah satu yang menjadi parameter diterimanya calon siswa yakni bekal Al-Qur'an-nya. Sebab, berbeda dengan SMA lain, SMA ini pada tahun pertama pembelajaran siswa memang fokus untuk menghafal Al-Qur'an dan bahasa Arab serta bahasa Inggris.
Baru pada tahun kedua, siswa menerima pelajaran umum, layaknya sekolah SMA lainnya. Itu pun dengan sistem berbeda. Jika biasanya sekolah menerapkan evaluasi tiap semester, SMA IT Nurul Ihsan sedang mengajukan untuk menerapkan sistem Satuan Kredit Semester (SKS).
“Pelajaran bisa ditempuh dengan lebih cepat. Tetapi itu juga tergantung kemampuan dan kemauan siswa,” ujarnya.
Beasiswa Pendidikan Tinggi untuk Santri Berprestasi
Perihal tahfiz, Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji menaruh perhatian khusus kepada para penghafal Al-Qur'an. Bahkan, dia mengaku memiliki progam beasiswa pendidikan tinggi untuk santri berprestasi dan hafiz/hafizah.
Pemda juga memafasitilitasi santri berprestasi untuk memperoleh bapak asuh atau mendapatkan beasiswa dari CSR perusahaan, baik swasta maupun BUMN dan BUMD. Prioritas diberikan untuk santri hafal Al-Qur'an yang yatim atau kurang mampu.
“Kita memberi kesempatan itu. Artinya saya berusaha itu. Di sini sudah banyak (yang dapat beasiswa),” ujarnya.
Dia mencontohkan, jika santri berprestasi kuliah kedokteran, maka saat kembali ke masyarakat kelak bisa berkontribusi ke kalangan pesantren. Sebab, kesehatan juga menjadi prioritas pemerintah daerah.
"Bisa teknik, bisa kedokteran," ujarnya.
Tatto mendorong agar santri terus berkarya dan berprestasi. Dia yakin, santri adalah orang-orang pilihan. Tak hanya menguasai ilmu pengetahuan umum, santri memiliki kelebihan mengerti ilmu agama.
Tatto juga meminta pesantren mengadakan pendidikan vokasi atau keterampilan sebagai bekal saat lulus kelak. Pesantren juga harus responsif terhadap perubahan zaman, tanpa kehilangan jati diri santri.
Di masa pandemi Covid-19, Bupati juga berpesan agar pesantren menaati protokol kesehatan. Sebab, ancaman virus berbahaya ini belum berakhir.
Advertisement