Sukses

Pekan Kebudayaan Nasional 2020 di Masa Pandemi, Ketika Budaya dan Teknologi Bertemu

Pandemi Covid-19 tidak menghalangi berlangsungnya Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahun 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 tidak menghalangi berlangsungnya Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahun 2020. Acara yang akan digelar pada 31 Oktober hingga 30 November 2020 mendatang merupakan festival kebudayaan dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud. Bedanya dengan tahun lalu, acara kali ini diadakan secara daring.

Beragamnya kekayaan budaya Indonesia, membutuhkan wadah bagi para pelakunya untuk mengekspresikan diri, sekaligus memperkenalkan keanekaragaman budaya tersebut kepada khalayak luas, terutama generasi muda. Keanekaragaman kebudayaan yang berasal dari seluruh pelosok tanah air ini merupakan kekuatan nasional.

Acara ini merupakan resolusi dari Kongres Kebudayaan Indonesia tahun 2018 lalu, yang berfungsi sebagai ruang dialog dan ekspresi pemajuan kebudayaan. Acara ini pertama kali terselenggara pada 7-11 Oktober 2019 yang dibangun secara berjenjang dari Pekan Kebudayaan daerah (PKD) di setiap kabupaten/kota dan provinsi.

PKN merupakan perhelatan budaya terbesar yang dimiliki Indonesia. Acara ini penting diselenggarakan agar keanekaragaman budaya saling berinteraksi yang melibatkan semua golongan, dari desa hingga ibukota, dan untuk menjaga semangat inklusif dan kebhinekaan. Suksesnya PKN tahun lalu mendorong diadakannya kembali PKN tahun ini, meskipun dunia dan Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19.

Pandemi bukanlah penghalang. Justru pandemi memunculkan gaya baru penyelenggaraan PKN 2020 yang memadukan kebudayaan dengan teknologi. Pada Taklimat Media Peluncuran PKN 2020, Jumat, 23 Oktober lalu, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, “Justru di tengah kesulitan pandemi ini, kemudahan itu harus hadir. Bendera kebudayaan di tengah pandemi harus berkibar.”

Karena diadakan secara daring, mau tak mau pihak penyelenggara dan para pelaku budaya, seniman dituntut semakin kreatif. Mereka pun memadukan kebudayaan dengan teknologi.

Salah satunya ialah, PKN 2020 akan menampilkan karya-karya maestro pelukis Indonesia Affandi di Galeri Nasional dalam bentuk proyeksi gambar bergerak (video mapping projection) dengan iringan musik dan suara.

Selain itu mereka juga akan menampilkan sosok Pangeran Diponegoro dalam bentuk kekinian di Museum Nasional. Konsep yang digunakan adalah story telling yang dilengkapi dengan video mapping dan komik manga Jepang. Kedua perhelatan tersebut selain bisa disaksikan secara daring, juga diselenggarakan secara luring dengan protokol kesehatan yang ketat.

Per sesi pengunjung dibatasi antara 20 hingga 25 orang. Maka mereka yang ingin datang secara langsung ke Galeri Nasional dan Museum Nasional harus register dulu di website https://www.pkn.id PKN 2020 ini akan menyajikan empat program, yakni kompetisi, konferensi, pameran, dan pagelaran yang semuanya akan memanfaatkan teknologi.

Tak kalah menarik, pelaksanaan kompetisi seperti perlombaan permainan rakyat atau tradisional yang dilakukan anak-anak dan remaja, yang biasanya dilakukan secara bersama-sama, berkumpul di suatu tempat, dalam PKN 2020 diselenggarakan di wilayah masing-masing.

Mereka melakukan perlombaan Egrang, Bolak-Balik Balok, Bakiak Kreasi, Congklak Virtual, Papancakan Tertinggi, dan Satu Menit Permainan Tradisional secara daring. Mereka melakukan di tempat terpisah dalam satu waktu yang terhubung secara virtual. Tak hanya itu, mereka bahkan bisa memperkenalkan ikon budaya setempat karena mengambil lokasi di perkarangan candi, depan danau, air terjun, area hijau, dan lain sebagainya untuk memperkenalkan kekhasan daerah mereka.

Zaini Alif, selaku kurator kompetisi permainan rakyat berharap, ini bisa menjadi obat bagi semua dan menjadikan anak-anak Indonesia menjadi lebih sehat karena rasa stres mereka akibat pandemi bisa tersalurkan melalui kompetisi dan permainan.

Selain itu, PKN 2020 ini juga melibatkan sekitar 4.790 seniman dan pelaku budaya. Di antaranya adalah Didik Nini Thowok, Denny Malik, Eko Supriyanto, musisi Ebiet G Ade, dan Rhoma Irama.

Laura Ariesta (penulis, citizen journalist di Jakarta) 

Saksikan Video Pilihan Ini