Sukses

Anak Bumi Pertiwi Borneo Melawan Pandemi dengan Literasi

Pandemi menjadi momen untuk membangkitkan literasi menuju manusia yang tangguh.

Liputan6.com, Pontianak - Aisyah tidak beranjak dari tempat duduknya di lantai papan. Bocah perempuan yang masih duduk di sekolah dasar atau SD kelas 1 itu asyik membaca dan memilah buku di Perpustakaan Bahagia Mendawai, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat Aisyah dan teman-temannya untuk tetap produktif.

"Suke kite (suka saya) banyak buku di sini," tutur Aisyah dengan logat bahasa melayu Pontianak yang tengah baca buku berjudul Putri Raja.

Aisyah juga senang di depan perpustakaan ada sungai Kapuas membentang. Selepas membaca ia melihat anak-anak berenang di pinggiaran Sungai Kapuas.

"Ingin terus ke perpustakaan," ucap Aisyah tersipu malu.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Bergerak Menyalakan Literasi

Sinta Devianti, nama lengkapnya. Wanita kelahiran Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, 13 Juni 1997 ini adalah mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak semester 9, dirinya aktif bersama anak-anak Mendawai menghidupkan literasi.

Kepada Liputan6.com, Sinta Devianti bercerita, dia adalah salah satu volunteer program Akademi Ide Kalimantan (AIKAL) sekaligus diberi amanah sebagai Sekeretaris Akademi Ide Kalimantan. Dia selalu aktif mengingatkan protokol kesehatan, pakai masker, membawa hand sanitizer, cuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak, dan memakai sarung tangan saat beraktivitas di perpustakaan.

"Program dampingan yang dilakukan di Kampung Wisata Caping salah satunya di perpustakaan Bahagia Mendawai menjabat sebagai ketua," kata dia.

Sinta mengatakan, perpustakaan Bahagia Mendawai secara resmi berdiri pada 8 Februari 2020. Namun perpustakaan ini sudah beroperasi pada 2017 sejak di Rumah Bahagia. Dikarenakan Rumah Bahagia masa kontrakanya sudah habis, maka perpustakaan Bahagia Mendawai dipindahkan di Rumah Ide.

"Sekarangan antusias masyarakat di sekitar terutama anak-anak semakin meningkat," katanya.

Berdirinya perpustakaan itu merupakan respons terhadap kurangnya minat masyarakat setempat terhadap literasi. Lurah Bansir Laut berkerja sama dengan lembaga Akademi Ide Kalimantan kemudian menginisiasi perpustakaan.

"Maka, disewalah rumah untuk perpustakaan. Rumah diberi nama Rumah Bahagia. Bukan hanya itu rumah ini juga dijadikan Sekre Bank Sampah dan TPA," ujar Sinta.

Berkat sumbangan dari berbagai pihak, seperti kelurahan, kecamatan, dan Dinas Perpustakaan Kota Pontianak, serta dari donatur, buku di perpustakaan itu menjadi lebih banyak.

Pengunjung perpustakaan sendiri banyak dari kalangan anak-anak yang berlatar pendidikan SD dan SMP yang sangat berantusias untuk membaca. Selain membaca perpustakaan, juga membantu belajar mebaca dan menulis untuk anak-anak yang belum masuk sekolah.

"Dan di sini pengurus mendapatkan dukungan dari orang tua mereka. Baru beberapa minggu perpustakaan mendapatkan bantuan buku dan rak dari dinas perpustakaan," katanya.

Di Perpustakaan Bahagia Mendawai ada 8 orang pengurus dengan latar pendidikan yang berbeda-beda. Perpustakaan juga mempunyai beberapa program, salah satunya 'Lima' (literasi bersama) yang bertujuan untuk menambah minat masyarakat yang berada di luar Kampung Caping Pontianak.

"Adanya literasi bersama ini dapat menumbuhkan rasa cinta literasi pada masyarakat terkhusus anak-anak," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Wisata Lainnya

Sementara itu, Ketua Akademi Ide Kalimantan (AIKAL) Beny Than Heri menyebut, selain perpustakaan ada juga Kampung Wisata Caping Pontianak di Menawai. Masa pandemi ini terus berbenah baik dari sisi infrastruktur maupun pengembangan SDM.

Pembangunannya didukung masyarakat sadar wisata dibantu para relawan. Hasilnya dengan semangat gotong royong, mereka berhasil membangun akses jalan, dan berbagai fasilitas penunjang wisata lainnya, seperti photo booth, pengecatan, pembuatan taman kampung, latihan rutin sanggar tari, dan pengajian rutin.

"Pada pandemi ini dijadikan sebagai moment untuk perbaik-baikan dan peningkatan kualitas Kampung Caping baik infrastruktur, penguatan tata kelola maupun SDMnya. Penyadaran dan implementasi protokol kesehatan juga masif dilakukan," kata pria yang pernah belajar di Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak ini.

Kehadiran perpustakaan membuat Kampung Wisata Camping semakin semarak, apalagi di lokasi ini uga ada rumah ide, rumah maggot, bank sampah, selain juga perkampungan penduduk yang sebaguan besar masyarakatnya berprofesi sebagai perajin caping tentunya.

"Berkunjung ke sana untuk menambah pengetahuan seperti belajar mengolah sampah, menambah pengetahuan dari permainan tradisional di kampung caping ada. Menambah pengetahuan lainya. Dan bisa menikmati pemandangan sore sambil melihat senja di sore hari di tepi sungai Kapuas. Bisa mengasah bakat yang hobi bidang fotografi," kata Pholan.