Sukses

Limbah Rumah Tangga Penyumbang Terbesar Pencemaran Sungai Musi di Palembang

Wako Palembang Harnojoyo menyebut limbah rumah tangga menjadi penyumbang pencemaran air Sungai Musi.

Liputan6.com, Palembang - Pencemaran air Sungai Musi di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), sangat memprihatinkan. Selain warna air keruh dan berbau, banyak genangan sampah menutupi aliran air sungai.

Wali Kota (Wako) Palembang Harnojoyo mengatakan, kondisi pencemaran sungai musi tidak hanya disumbang dari limbah cair saja, tapi juga padat.

Dari data yang diperoleh Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, 69 persen limbah di Sungai Musi berasal dari warga Palembang.

“Seperti habis mandi dan cuci pakaian masuk ke drainase dan mengalir ke Sungai Musi. Itu limbah cair,” ucapnya, Senin (9/11/2020).

Sedangkan limbah padat berupa banyaknya pembuangan sampah di aliran Sungai Musi, yang semakin memperparah sanitasi perairan.

Kondisi air Sungai Musi di Kota Palembang sendiri, masih ada yang berwarna hitam dan digenangi sampah rumah tangga.

Wako Palembang juga selalu menggaungkan kegiatan gotong-royong, untuk memberikan penyadaran ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke aliran sungai.

“Jika gotong-royong untuk mengatasi limbah padat, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) menjadi sarana mengatasi limbah cair. Ke depannya, Sungai Musidi Palembang bisa lebih bersih,” ujarnya.

Groundbreaking IPAL di kawasan Kalidoni Palembang sendiri, diresmikan ke dua kalinya pada hari Rabu (4/11/2020) pagi.

Harnojoyo mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Australia, yang mengucurkan dana hibah pembangunan IPAL di Palembang.

“Kita bersyukur ini satu-satunya hibah dari Australia. Proyek ini di 2017 dimulai, harapan kita bisa tepat waktu selesai,” katanya.

Menurutnya, penundaan pembangunan IPAL Palembang selama tiga tahun terakhir, karena pematangan lahan yang digunakan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

2 dari 3 halaman

Ribuan Sambungan IPAL

Untuk memuluskan pengelolaan IPAL, pemerintah pusat sudah membangun pipa distribusi. Sedangkan untuk sambungan ke rumah warga, menjadi tanggung jawab Pemkot Palembang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel.

“Di awal ada 8.000 sambungan, total nanti ada 21.000 sambungan. Sehingga 200ribu jiwa terlayani dalam IPAL,” ujarnya.

Air limbah yang masuk ke IPAL Palembang merupakan skala perkotaan di bagian Ilir Palembang, yang berasal dari limbah rumah tangga, air dari kamar mandi, saluran cucian. Sedangkan untuk di bagian Hulu Palembang, akan masuk ke IPAL skala komunal, yaitu skala pabrik.

“Pengelolaannya nanti diserahkan ke Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jika di PDAM Palembang ada 300.000 sambungan, nanti akan bertahap,” ucapnya.

Pembangunan IPAL di Palembang dianggarkan senilai Rp1,2 triliun, yang didanai bersama oleh pemerintah Australia dan Indonesia.

3 dari 3 halaman

Kerja Sama Australia

Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia Alison Duncan mengungkapkan, Australia bangga bekerja sama erat dengan pemerintah Indonesia dan Kota Palembang untuk mendanai bersama dan melaksanakan proyek infrastruktur.

“Proyek ini akan membuat perbedaan nyata bagi kualitas hidup puluhan ribu keluarga di Palembang,” ungkapnya.

Diungkapkannya, perusahaan-perusahaan Australia membantu dengan membawa pengetahuan dan keahlian, serta modal ke sektor-sektor utama ekonomi yang sedang coba dikembangkan Indonesia.

Serta memberikan kontribusi nyata pada lapangan kerja, pendapatan, dan pemulihan ekonomi Indonesia. Proyek ini, lanjut Duncan, merupakan sebuah konsorsium antara perusahaan Australia McConnell Dowell dan PT Pembangunan Perumahan (Persero).

"Ini akan menunjukkan kemampuan dan keahlian Australia dalam perencanaan, perancangan dan implementasi infrastruktur skala besar,” katanya.