Sukses

Ada Gula Ada Semut, Warga Donggala Sulap Air Nira Jadi Gula Semut

Mengolah Sumber Daya Alam menjadi aneka produk bernilai jual menjadi salah satu sandaran warga desa untuk mendapat nilai ekonomi pada masa pandemi. Seperti yang dilakukan warga Desa Salumpaku, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala.

Liputan6.com, Donggala - Mengolah Sumber Daya Alam menjadi aneka produk bernilai jual menjadi salah satu sandaran warga desa untuk mendapat nilai ekonomi pada masa pandemi. Seperti yang dilakukan warga Desa Salumpaku, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala.

Umumnya, selama ini, air nira dari pohon aren yang melimpah di Desa Salumpaku dimanfaatkan warga desa menjadi gula merah yang mereka jual di pasaran. Namun, siapa sangka sumber daya alam itu bisa juga diolah menjadi produk lain yang bernilai ekonomi, yakni menjadi gula semut.

Peningkatan kemampuan olah air nira menjadi produk gula semutpun digelar pemerintah Desa Salumpaku.

"Gula merah olahan warga di sini sudah dipasarkan ke mana-mana dan membantu perekonomian warga. Hanya saja kami belum pernah mengolah air nira pohon aren menjadi produk yang lain," kata Baco, warga Desa Salumpaku dalam pelatihan di Kantor Desa itu, Sabtu (7/11/2020).

Pjs Kepala Desa Salumpaku, Nurhayati mengakui kendatipun pohon aren dan air niranya sudah lama menjadi tumpuan ekonomi warga, tetapi produk-produk olahan yang dihasilkan masih sebatas gula merah. Pengetahuan mengolah yang belum didapat warga, kata dia, selama ini jadi penyebabnya.

"Karena potensi itu, pemerintah desa melalui dana desa mencoba meningkatkan kapasitas warga agar mendapat nilai tambah dengan menghasilkan produk turunan menjadi gula semut yang secara ekonomi memiliki nilai jual lebih dari gula merah saja," ujar Nurhayati.

Pelatihan yang bekerja sama dengan Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) itu juga memberikan pengetahuan kepada warga mengenai kualitas gula semut yang baik.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Peran Bumdes Mengatasi Kendala Pemasaran

Mochammad Subarkah, dari Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) juga mengakui besarnya potensi pengolahan air nira di Desa Salumpaku. Katanya, potensi yang selama ini dikelola warga, dari analisis usaha dan potensi yang digali bersama-sama kelompok, dengan rata-rata 5 kilogram per hari setiap orang, maka dari 10 orang pengolah gula aren bisa menghasilkan 1.500 kg gula merah dalam sebulan.

"Ini merupakan peluang usaha yang baik untuk dikembangkan, untuk menambah pendapatan masyarakat secara ekonomi," kata Subarkah usai memberi pelatihan ke warga, Sabtu (7/11/2020).

Mengenai skema pemasaran yang kerap menjadi kendala warga desa, Tenaga Ahli Madya Pengelolaan Keuangan Desa, dalam Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Sulawesi Tengah, Sumadi, mengatakan intervensi Bumdes bisa jadi salah satu solusi.  

Badan usaha milik desa dapat mengumpulkan dan memasarkan produk kelompok usaha untuk dipasarkan keluar bahkan mempromosikan kepada target pasar dengan membangun aturan dan komitmen bersama.

"Bumdes bisa membeli sehingga terjadi kerjasama yang baik. Kelompok usaha mendapat keuntungan, Bumdespun dapat berkontribusi bagi pendapatan desa. Gunakan dana desa seefektif mungkin untuk kemajuan desa," Sumadi mengusulkan.

Bagi warga sendiri, pelatihan mengolah air nira pohon aren itu membuat mereka sadar besarnya potensi desa yang mereka miliki untuk meningkatkan ekonomi.

"Setelah mengikuti pelatihan, saya baru tahu kalau air nira dapat dibuat menjadi gula semut selain gula merah bahkan nilainya lebih tinggi dari gula merah yang selama ini kami buat," Baco, warga Desa Salumpaku mengungkapkan.