Liputan6.com, Bandung - Anggota DPR RI Fadli Zon mendukung aspirasi beberapa tokoh yang menginginkan perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda atau Tatar Sunda. Namun, pergantian nama ini harus dilakukan secara terbuka dan disampaikan kepada masyarakat luas.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Fadli, usulan perubahan nama provinsi sah-sah saja. Apalagi, ia melihat Sunda telah memiliki sejarah peradaban sejak dahulu kala. Dengan latar belakang tersebut, politikus Partai Gerindra itu menilai cukup beralasan jika usulan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Sunda dicetuskan.
"Kalau ini merupakan aspirasi masyarakat di Jawa Barat yang menginginkan perubahan nama Provinsi Jawa Barat jadi Provinsi Sunda menurut saya sangat masuk akal. Karena tanah Sunda ini atau negeri Pasundan ini adalah salah satu yang memiliki sejarah yang cukup tua dari berbagai peninggalan artefak arkeologis," kata Fadli usai diskusi terkait perubahan nama Provinsi Jabar yang diinisiasi panitia/pakar kongres Sunda di Aula Perpustakaan Ajip Rosidi, Kota Bandung, Selasa (10/11/2020).
Dia mengatakan, penggantian nama Provinsi Sunda akan menjadi identitas yang memperlihatkan kebinekaan. Sebab, selama ini sudah banyak daerah yang menggunakan nama suku atau kebudayaan yang menjadi nama provinsi.
"Jadi saya kira kalau ada aspirasi menggunakan nama Pasundan atau Sunda sebagai provinsi itu justru memperkuat kebinekaan kita. Karena ada sejumlah provinsi yang juga menggunakan nama suku atau etnis," ujar Fadli.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu juga mengusulkan agar nama Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) diganti menjadi Provinsi Minangkabau. Fadli menyatakan bahwa usulan itu merespons perdebatan di publik terkait kesan keraguan dukungan Sumbar pada Pancasila.
"Saya juga akan mengusulkan perubahan nama Provinsi Sumatera Barat menjadi Provinsi Minangkabau. Jadi kenapa tidak Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda karena menurut saya memang mayoritas adalah masyarakat etnis Sunda yang memiliki keistimewaan di masa lalu juga," kata dia.
Usulan pergantian nama provinsi Jabar menjadi Sunda saat ini ditanggapi beragam. Ada pendapat yang menolak karena Jabar memiliki beragam identitas budaya seperti Cirebonan yang bermukim di wilayah pantai utara dan corak Betawi yang tinggal di wilayah seperti di Depok atau Bekasi.
Menurut Fadil, kondisi tersebut bukan masalah. Justru dia mendorong agar dilakukan diskusi kepada para pihak yang menolak usulan.
"Saya kira itulah yang perlu dimusyawarahkan didialogkan. Saya kira masyarakat di Betawi juga enggak ada masalah membicarakan itu begitu juga dengan Cirebon dengan adanya percampuran budaya. Saya kira itu bagian yang perlu dimusyawarahkan tetapi sebagai sebuah usulan saya kira wajar," ujar Fadli.
Diketahui, Ketua Perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda Adji Esha Pangestu menuturkan, kata Sunda saat ini hanya dikenal sebagai bagian dari suku yang tinggal di wilayah Barat. Padahal, menurut garis sejarah, Sunda mencakup wilayah geografis yang besar mencakup Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya.
"Tahun 1926 penjajah memberi nama menjadi West Java atau Jawa Barat. Sejak saat itu Sunda diberi nama itu untuk penataan perkebunan. Tujuannya, mengadu domba masyarakat yang dulu solid, baik dari etnis Jawa, Cina dan India. Bersinergi kuat dan sulit dikendalikan oleh Belanda," katanya di Aula Rancage Perpustakaan Ajip Rosidi, Kota Bandung, Senin (12/10/2020).
Sementara itu, Ketua Steering Comitee Kongres Sunda Andri P Kantaprawira mengatakan, sedianya istilah Sunda sendiri telah tergerus dan hanya dianggap sebagai kelompok suku saja.
"Kita sudah kehilangan banyak, Sunda Besar, Sunda Kecil. Kebudayaan kita sudah tergerus, badak Sunda diganti menjadi badak Jawa. Penggantian nama Tatar Sunda, Sunda atau Pasundan ini keseluruhan atau sebutan," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Andri, penamaan Sunda akan membawa roh budaya dan karakter Sunda. Aspirasi ini akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
"Karena kita lihat esensinya, perubahan itu untuk perubahan karakter, spirit kebudayan itu karena ada budaya unggul, adat yang kembali, Sunda Mulya, Sunda Unggul. Itu akan ke perubahan, karena budaya adalah fondasi kemajuan," ujarnya.