Sukses

Menanti Geliat Wisata Pangandaran pada Akhir Tahun di Tengah Pandemi Covid-19

Dibutuhkan inovasi dan penyadaran bersama terhadap isu potensi bencana megathrush dan tsunami dengan penyipan mitigasi bencana dengan matang, termasuk saat pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Pangandaran Sebagai tujuan utama wisata laut di Jawa Barat bagian selatan, kilau kawasan wisata Pantai Pangandaran tengah meredup. Hantaman isu potensi bencana megathrush dan tsunami, semakin lengkap ditambah dengan hadirnya pandemi Covid-19 saat ini.

Namun, berangsur dengan pasti, dibukanya pembatasan sosial saat pandemi Covid-19, mulai menunjukkan hasil pertumbuhan wisata kawasan Pantai Pangandaran.

Imat Rohimat, salah seorang nelayan plus pengelola jasa sewa papan seluncur menyatakan, meskipun belum optimal, tetapi pertumbuhan jumlah wisatawan mulai terlihat.

"Yang datang ini mungkin baru sekitar 30 persen dibanding sebelum Covid-19," ujarnya, beberapa waktu lalu.

Menggunakan setelan kaus dan topi yang melingkar di kepala, Imat menilai jika pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah saat pandemi Covid-19, cukup memukul sektor wisata Pangandaran.

"Sudah dibuka saja baru 30 persen, apalagi saat PSBB pantai di sini sepi sekali," ujarnya.

Hal senada disampaikan Herdis, pelaku jasa sewa kuda tunggang. Menurutnya, aturan pembatasan yang dilakukan pemerintah, terutama di kawasan pantai Barat dan Timur Pangandaran, cukup memukul penjual dan pelaku usaha lainnya.

"Apalagi sekarang parkir mobil dibatasi, padahal sebelumnya kan bebas, sehingga wisatawan jauh berkurang," kata dia.

Namun meskipun demikian, kedua pelaku wisata yang berasal dari warga sekitar itu menilai bakal ada lonjakan jumlah kunjungan, terutama menjelang natal dan pergantian tahun, meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19.

"Semoga saja, kunjungan tahun baru bisa menutupi masa paceklik saat pandemi ini," ujarnya sambil tersenyum ramah.

 

 

Simak Video Pilihan Berikut:

2 dari 3 halaman

Berangsur Membaik

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya Darjana mengatakan, peran Kabupaten Pangandaran dalam menggerakan geliat ekonomi terutama kawasan wisata di Priangan Timur memang terbilang cukup besar.

Saat memiliki pangsa wisata Pangandaran mampu menyumbang 11 persen terhadap perekonomian Priangan Timur, dengan laju pertumbuhan ekonomi 5,95 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year-yoy).

"Memang sektor Pariwisata menjadi salah satu potensi unggulan dan penopang utama perekonomian daerah," ujar dia, dalam Webinar Strategi Pemulihan Pariwisata Pangandaran di Era New Normal pada hari Kamis, (26/11/2020) lalu.

Namun, kondisi itu mulai tersendat seiring datangnya pandemi covid-19, termasuk isu potensi ancaman bencana alam megathrush dan tsunami, yang membuat pengunjung menjauh.

"Makanya perlu upaya mendorong percepatan pemulihan ekonomi melalui sektor pariwisata," ujarnya.

Menurutnya, risiko bencana memang ada, tetapi, kuncinya terletak bagaimana semua pihak bisa menyikapi, salah satunya dengan persiapan mitigasi bencana dengan matang.

"Aktivitas pariwisata itu menjadi salah satu penopang perekonomian dan menyerap tenaga kerja yang tinggi," kata dia.

Tahun lalu, retribusi sektor wisata mencapai Rp27,5 miliar, atau 24 persen dari total PAD Kabupaten Pangandaran. Sedangkan, awal tahun ini, pertumbuhan jumlah wisatawan mencapai 41,39 persen (yoy) dan peningkatan PAD dari aktivitas pariwisata sebesar 35,46 persen (yoy).

Meskipun sempat meredup pada 18 Maret-29 Mei 2020 saat dilakukan pembatasan sosial, tetapi setelahnya kembali normal, termasuk dengan pengendalian penyebaran covid-19.

"Kami yakin sektor wisata segera pulih sejalan program pemerintah, yang menjadikan sektor pariwisata salah satu prioritas pemulihan ekonomi nasional," kata dia.

3 dari 3 halaman

Aman bagi Wisatawan

Sementara itu, peneliti Kelompok Keahlian Geofisika Global ITB Endra Gunawan menyatakan, hasil riset mengenai kondisi geologi di kawasan pantai selatan Jawa Barat, terutama kabupaten Pangandaran terbilang aman.

"Adanya risiko gempa tidak serta merta disikapi dengan menghindari lokasi tersebut," ujarnya.

Namun, meskipun demikian, adanya informasi itu bisa dijadikan acuan para pengelola kawasan wisata Pangandaran untuk menyiapkan mitigasi bencana ke depan.

Hal senada disampaikan Pjs Bupati Pangandaran Dani Ramdan. Menurutnya, sejak beredarnya informasi ancaman potensi megathrust dan tsunami, pemerintah daerah telah menyiapkan sejumlah mitigasi bencana dan protokol keamanan.

"Terlepas dari risiko kebencanaan maupun covid-19, pemda terus melakukan penataan fasilitas dan kawasan wisata, termasuk pendampingan pelaku usaha pendukung pariwisata," kata dia.

Ketua DPC ASITA Pangandaran Adrianus Eko Saputro mengatakan, untuk menarik minat kunjungan wisawatan, para pelaku pariwisata di Pangandaran terus berupaya menghadirkan inovasi layanan terbaik. "Untuk memberikan kenyamanan bagi mereka," ujarnya.

Hingga kini, beberapa spot wisata Pangandaran yang selalu menjadi pilihan pengunjung masih didominasi wisata alam. Sebut saja Pantai Barat dan Timur Pangandaran, Green Canyon, Pantai Batukaras, Pantai Batuhiu, Cagar Alam Pananjung, Kampung Turis, termasuk menunggu finishing PIAMARI sebagai aquarium terbesar di Indonesia.

Dengan komunikasi yang efektif dan pengelolaan informasi yang tepat, diharapkan mampu mendorong konsumsi menggerakan roda perekonomian masyarakat Pangandaran, terutama saat Covid-19.

"Dibutuhkan sinergi yang baik antar lembaga, pelaku usaha, asosiasi, dan masyarakat umum untuk pemulihan ekonomi yang optimal," ujarnya.