Sukses

Screening Rapid Test Antigen Berpotensi Besar Jadi Penentu Covid-19 (2/END)

Rapid test antigen digunakan untuk screening awal Covid-19 di klaster komunitas di Musi Banyuasin Sumsel.

Liputan6.com, Palembang - Selama dia melakukan rapid test antigen ke pasiennya, tidak pernah ada kasus pasien reaktif Covid-19 di papan sampel rapid test antigen akan menunjukkan hasil negatif Covid-19 di alat PCR.

Namun, ada juga kasus pasien non reaktif Covid-19 di rapid test antigen, namun positif Covid-19 saat pemeriksaan di alat PCR di RSUD Sekayu Musi Banyuasin Sumsel.

Sedangkan rapid test antibody, dia mencontohkan ada 10 sampel reaktif di rapid test antibody. Lalu setelah dilakukan swab test dan dicek ke PCR, maka yang positif Covid-19 hanya 4-5 orang.

Untuk itu, dia lebih memprioritaskan pemeriksaan rapid test antigen terutama untuk kasus komunitas dengan paparan di bawah lima hari. Sedangkan untuk rapid test antibody, biasanya lebih bekerja ketika terpapar sekitar 7 hari.

Menurut Arum, sapaan akrabnya, rapid test antigen akan berfungsi mendeteksi Covid-19, jika virus Corona mulai menyebar dan tinggi dari 1-5 hari setelah terpapar. Namun jika sudah lebih dari 5-7 hari, virus tersebut mulai menurun dan lebih terdeteksi jika menggunakan rapid test antibody dan PCR.

“Kalau kontak dengan pasien terkonfirmasi Covid-19, harus rapid test antigen dan langsung bisa terbaca. Jika lebih dari 5-7 hari sulit terbaca di rapid test antigen, kecuali jika pasien mengalami hilang penciuman atau demam,” ujarnya kepada Liputan6.com, saat ditulis Rabu (2/12/2020).

Diungkapkannya, akurasi rapid test antigen itu bisa mencapai 90 persen, jika kembali dites dengan alat PCR. Sedangkan rapid test antibody hanya sekitar 30-50 persen. Namun kembali lagi, penggunaan rapid test antigen dan rapid test antibody juga harus dilihat sejak kapan paparannya.

Sebelum masuk rapid test antigen, screening awal Covid-19 dilakukan menggunakan rapid test antibody. Dari awal Maret hingga November 2020, ada lebih dari 2.000 alat rapid test antibody yang sudah digunakan. Sedangkan alat rapid test antigen sudah digunakan sekitar 1.000 unit.

APD yang digunakan tenaga medis untuk rapid test antibody hanya level 2. Yaitu Face Shield, masker, apron putih hazmat dan sarung tangan panjang.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

2 dari 3 halaman

Terbentuk Antibody Saat Terserang Virus

Sampel untuk screening awal Rapid test antibody sendiri, diambil dari darah dan diteteskan ke dalam papan sampel dan diteteskan reagen. Sekitar 10 menit baru terbaca. Jika menunjukkan garis di IgM atau IgG atau keduanya, pasien masuk dalam reaktif Covid-19.

Di papan sampel rapid test antibody, ada tanda Control (C), Immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglubolin M (IgM). IgG dan IgM sendiri merupakan antibody yang terbentuk, jika terserang virus.

“IgG sendiri terbentuk dalam darah dan cairan tubuh manusia, terserang kuman, virus dan zat kimia tertentu ke dalam tubuh. IgM ini merupakan antibody yang melawan virus tersebut. Sedangkan IgM akan terbentuk jika ada infeksi baru, tapi tandanya tidak bisa menentukan ada virus Corona saja. Bisa saja syphilis, herpes atau gangguan hati,” katanya.

 

3 dari 3 halaman

Screening Rapid Test Antigen

Sejauh ini, pemeriksaan rapid test antibody dan antigen dilakukan jika ada permintaan screening awal dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perkantoran dan instansi pemerintahan.

Tindakan screening awal juga, harus berdasarkan persetujuan dari Dinkes Musi Banyuasin, karena tidak ada biaya sama sekali dalam screening awal ini. Dilakukan juga screening awal, jika ada warga yang terkonfirmasi kontak dengan pasien terkonfirmasi Covid-19.

Untuk stok rapid test antigen sendiri, selalu dipasok dari Dinkes Musi Banyuasin. Terlebih jika ada permintaan i awal, pihak Puskesmas Balai Agung Musi Banyuasin akan meminta stok tambahan ke Dinkes Musi Banyuasin.