Sukses

Temuan Mengejutkan dalam Ekskavasi Situs Kuno Dingkel Indramayu

Temuan situs kuno tersebut melengkapi perjalanan peradaban Indramayu. Mulai dari masa prasejarah, masa hindu buddha, masa Islam, dan masa kolonial

Liputan6.com, Indramayu - Proses ekskavasi sementara bangunan diduga candi Situs Dingkel di Dingkel Desa Sambimaya Kecamatan Juntiyuat Indramayu membuktikan masuknya peradaban Hindu Budha.

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu, Dedy S Musashi mengatakan temuan situs kuno tersebut melengkapi perjalanan peradaban Indramayu. Mulai dari masa prasejarah, masa hindu buddha, masa Islam, dan masa kolonial.

Dia menyebutkan, pada masa prasejarah ditemukan fosil Stegodon dan gigi Carcarocles Megalodon atau ikan hiu purba di Ciwado Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu. Fosil tersebut hidup masa Miosin hingga Plestosin pada 2,6 juta hingga 1,8 juta tahun yang lalu.

"Di tempat yang sama, juga ditemukan tradisi batu besar (megalitik) hingga saat ini masih dimanfaatkan untuk sarana pemujaan. Indramayu ini kaya dengan tinggalan cagar budaya. Dari fosil, candi, masjid kuna sampai makam Belanda (Kerkoof) dan bangunan bergaya Eropa kita punya," papar Dedy, Minggu (13/12/2020).

Menurut dia, ragam temuan situs cagar budaya tersebut dapat dijadikan objek wisata baru di Kabupaten Indramayu. Dia mengaku, saat ini tim ekskavasi tengah menghentikan proses ekskavasi sementara.

TACB Kabupaten Indramayu akan mengajak eksekutif dan legislatif untuk duduk bersama membahas potensi kekayaan cagar budaya atau situs kuno yang dimiliki ini.

"Ini imbasnya pada peningkatan PAD daerah. Untuk itu, harus bersama-sama dibahas,” kata Dedy S Musashi.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Hasil Temuan

Ketua Tim Penelitian Dan Penyelamatan Situs Dingkel, Soni Prasetiya Wibawa mengatakan, temuan struktur batu tersebut oleh tim ditutup menggunakan plastik dan pengurugan struktur bangunan.

Tim arkeolog mengamankan fragmen atau pecahan bata merah ke tempat yang aman dari aktivitas masyarakat.

"Kami gabungan dari Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Indramayu," ujar dia.

Soni mengaku, tim sudah menandai lokasi situs dengan patok permanen yang terbuat dari semen cor. Sehingga apabila dilakukan ekskavasi atau penelitian lanjutan memudahkan tim peneliti untuk mencari titik koordinat situs.

Soni mengatakan, kemungkinan ekskavasi dan penelitian akan dilanjutkan pada tahun depan.

"Tidak saja oleh BPCB Banten penelitian tersebut akan dilakukan melainkan oleh Balai Arkeologi Jawa Barat atau instansi lain seperti provinsi Jawa Barat maupun Pemkab Indramayu sendiri. Tergantung alokasi anggaran yang disediakan," kata Soni.

Menurutnya, untuk mengungkap tinggalan arkeologi melalui metode ekskavasi diperlukan alokasi anggaran yang tidak sedikit dan multi year. Sehingga diperlukan peran serta pemerintah di daerah untuk dapat bersama sama mengatasi masalah pengungkapan cagar budaya yang ada di daerah.

 

3 dari 3 halaman

Potensi Wisata Situs Kuno

Hasil ekskavasi sementara tim berhasil menemukan 21 susunan lapisan bata merah dan sudut bangunan yang diduga candi. Tim juga menemukan lantai bangunan dan fragmen atau pecahan stupa yang berbahan bata merah.

Temuan lain, yakni pecahan keramik eropa, fragmen tepian gerabah dan arang.

"Temuan di situs Dingkel ini sangat menarik bagi tim," jelasnya.

Ahli candi Indonesia Prof Dr Agus Aris Munandar menyatakan situs Dingkel ini merupakan kawasan atau kompleks permukiman umat Budha pada masa itu.

Dari hasil temuan sementara, Agus tidak menampik situs tersebut memiliki kesamaan dengan situs Batujaya di Karawang dan situs Muaro Jambi di Jambi.

"Saya meyakini ada reruntuhan stupa besar di kawasan itu dan perlu dilakukan penelitian dan ekskvasi secara berkala agar segera terungkap," jelas arkeolog senior asal Indramayu ini.