Sukses

Kehadiran Bayi Gajah Rizky, Bawa Harapan Satwa yang Terancam Punah

Menjadi penghuni baru di PLG Minas, kini Gajah Rizky tumbuh sehat bersama induknya Gajah Nia dan sudah menjadi satwa sangat lincah.

Liputan6.com, Pekanbaru - Menjadi penghuni baru pusat latihan gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak, Gajah Rizky tumbuh menjadi bayi satwa sehat. Masih berusia 4 bulan, anak dari Gajah Nia ini begitu aktif dan tak takut menghampiri orang.

Namun, pengunjung di PLG Minas harus berhati-hati karena Gajah Nia selalu berada di dekat Gajah Rizky. Salah gerakan membuat Gajah Nia salah paham sehingga menilai pengunjung akan menyakiti anaknya.

Hanya saja tak perlu khawatir karena selalu ada mahot atau pawang di dekat keluarga satwa berbelalai panjang ini. Gerakan Nia mendekati pengunjung selalu diantisipasi agar tidak terlalu dekat.

Baik Rizky ataupun Nia akan senang jika pengunjung membawa buah. Dengan bimbingan dari mahot, Nia akan mengangkat belalai dan membuka mulut untuk disuapi buah, misalnya pepaya.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono mengatakan, Gajah Rizky bakal menjadi binaan seperti induknya. Kehadirannya menjadi angin segar bagi konservasi karena menambah populasi gajah di Riau.

Apalagi sebelum Rizky sudah ada Gajah Damar yang lahir di Taman Wisata Alam Buluh Cina, Kabupaten Kampar. Lokasi tersebut masih di bawah BBKSDA Riau.

Ditambah lagi dengan kelahiran anak gajah lainnya di Taman Nasional Tesso Nilo. Sehingga sudah ada tiga gajah yang menjadi penerus satwa dilindungi karena populasinya di alam terus berkurang.

Nama Rizky merupakan pemberian langsung dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Nama itu diberikan sebagai rezeki alam serta lingkungan untuk konservasi.

"Juga diberikan karena lahir di masa-masa sulit, pandemi Covid-19," sambung Humas BBKSDA Riau Dian Indriarti.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Pengalaman Buruk Gajah Nia

Suharyono menceritakan, Gajah Nia punya pengalaman buruk saat berada di alam liar. Saat usianya masih muda, Nia menjadi korban jerat orang tak bertanggung jawab di daerah Petapahan, Kabupaten Kampar.

"Itu sekitar tahun 2006 lalu," cerita Suharyono kepada wartawan.

Akibat jerat dari baja itu, kaki kanan depan Nia mengalami luka berat. Cengkeraman baja hampir saja membuat tubuh di dekat lututnya hampir putus.

Bekas jeratan itu hingga kini masih terlihat jelas. Ada lekukan sangat curam di bagian kaki kanan depan Gajah Nia, tetapi itu tak membuatnya kesulitan berjalan karena sudah sembuh total.

"Bekas luka itu sebagai tanda kejamnya jeratan," kata Suharyono.