Sukses

Dulu Luka Parah, Kini Harimau Corina Berlari Bebas di Alam Liar

BBKSDA Riau melepasliarkan harimau sumatra bernama Corina setelah sembilan bulan dirawat di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya.

Liputan6.com, Pekanbaru - Hampir sembilan bulan berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PRHSD), Corina kini sudah bebas berlarian di alam liar. Harimau betina ini dilepasliarkan pada Minggu pagi, 20 Desember 2020.

Pelepasan dipimpin Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno dan Kepala BBKSDA Riau Suharyono.

Suharyono menjelaskan, harimau Sumatra itu dilepasliarkan di kawasan Restorasi Ekosistem Riau. Lokasi ini sangat cocok bagi Corina karena punya pakan cukup untuk berburu.

Sebelum pelepasliaran, Corina terlebih dahulu dipindahkan kandang habituasi. Kandang penyesuaian ini berada di lokasi pelepasliaran agar Corina bisa mengenali alam sekitar dan berlangsung hampir sepekan.

"Ke lokasi itu, Harimau Corina menggunakan helikopter dengan waktu terbang 1,5 jam, dia ditaruh di kandang," jelas Suharyono.

Selama berada di kandang habituasi, petugas BBKSDA Riau sering memantaunya. Berikutnya pada 17 Desember 2020, petugas memasang GPS Collar.

Pemasangan GPS bertujuan untuk pemetaan wilayah Corina ketika berada di alam liar. GPS juga bermanfaat agar Corina tidak terjerat lagi seperti sembilan bulan lalu.

"Pemantauan dilakukan melalui Aplikasi Africa Wildlife Tracking. Umur baterai maksimal dua tahun dan akan lepas secara otomatis pada Oktober 2022," terang Suharyono.

Untuk memudahkan pemantauan saat coverage satelit GPS terbatas, tambah Suharyono, harimau Sumatra itu juga dipasang transmitter radio.

"Ini dapat dipantau langsung menggunakan receiver radio tracking dengan system trianggulasi," jelas Suharyono.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kaki Hampir Putus

Suharyono menceritakan, Corina merupakan harimau yang terkena jerat di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. BBKSDA Riau mendapatkan informasi pada 28 Maret 2020 pukul 16.00 WIB.

Pada 29 Maret 2020, pukul 12.30 WIB, tim medis BBKSDA Riau berhasil membuka jerat harimau Sumatra tersebut. Akibat jerat itu, kaki kanan depan Corina mengalami luka serius.

"BBKSDA Riau memberikan nama Corina karena saat itu Indonesia mulai terdapat virus corona," sebut Suharyono.

BBKSDA Riau lalu menitipkan Corina ke PRHSD di Sumatra Barat untuk perawatan intensif. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, diperkirakan Corina berusia 3 tahun lebih kurang dan berat badan 77,8 kilogram.

Pemeriksaan medis kala itu, luka kaki depan kanan cukup dalam dan lebar dengan tendon yang masih utuh.

Di samping itu, berdasarkan hasil laboratorium diketahui bahwa Corina mengalami Anemia Makrositik Normokromik (nonregenerasi), yaitu anemia atau kekurangan darah karena kurangnya asupan nutrisi dan deep laserasi atau luka yang dalam.

"Corina dilakukan perawatan secara intensif di kandang karantina untuk memperhatikan perkembangan luka jerat pada kaki kanan serta kondisi kesehatannya," kata Suharyono.

Setelah dilakukan perawatan secara intensif di kandang karantina, Corina dipindahkan ke kandang enklosur. Kemudian dilakukan observasi terhadap perilaku satwa dan kemampuannya menangkap mangsa yang diberikan.

Dalam pemantauan secara berkala selama sembilan bulan, kondisi kesehatan dan perilaku Corina semakin lebih baik. Berat badannya bertambah menjadi 89 kilogram lebih kurang.

"Dengan pertimbangan matang maka diputuskan untuk pelepasliaran kembali ke habitatnya," ucap Suharyono.