Sukses

100 Napi Narkoba Dipindah ke Lapas Nusakambangan, Ada Apa?

Pengungkapan kasus narkoba di Riau tahun ini melibatkan banyak narapidana di Lapas.

Liputan6.com, Pekanbaru - Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau menyebut ada 100 narapidana narkoba jaringan internasional di sejumlah Lapas bakal dipindahkan ke Nusakambangan. Sebanyak 47 di antaranya sudah dikirim memakai pesawat di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

Kepala BNN Riau Brigadir Jenderal Kenedy SH menyebut pemindahan ini untuk meminimalisasi peredaran narkoba yang dikendalikan dari balik penjara.

"Rencana 100 orang, 47 yang baru dipindahkan karena keterbatasan kursi pesawat, sisanya menyusul," kata Kenedy di kantornya, Rabu siang, 23 Desember 2020.

Kenedy mengatakan, pengungkapan kasus narkoba di Riau tahun ini melibatkan banyak narapidana di Lapas. Mereka menjadi kaki tangan dari sindikat narkoba internasional di Malaysia.

Selama ini, pengungkapan hingga sampai ke negeri jiran sangat sulit meskipun personel BNN Riau tahu di mana keberadaan pengendalinya. Kendalanya adalah ketiadaan kerjasama antara BNN Riau dengan polisi setempat untuk menangkap gerbong dari Malaysia.

"Jadi yang terungkap itu adalah narapidana dan kurirnya saja, mereka menggunakan sistem sel terputus," sebut Kenedy didampingi Kabid Berantas BNN Riau Komisaris Besar Berliando SIK.

Kenedy menyebut pihaknya bersama Kanwil Kemenkumham Riau sudah ada kerja sama pemberantasan narkoba di Lapas. Tidak seperti dulu lagi, penyidik mudah mengakses Lapas.

"Ada ID khusus, Polda Riau juga, jadi ketika petugas masuk ke Lapas tidak ditanya-tanya lagi," ucap Kenedy.

 

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Proxy War

Tahun ini, Kenedy menyebut BNN Riau menyita 74 kilogram sabu dari puluhan tersangka. Turut pula disita 38 ribu butir lebih pil ekstasi dan 3 kilogram daun ganja kering.

Menurut Kenedy, tindak pidana narkoba merupakan kejahatan luar biasa. Peredaran narkoba merupakan bentuk perang asimetris atau proxy war untuk menghancurkan generasi suatu bangsa.

"Sejarah membuktikan banyak negara jatuh karena candu narkoba," jelas Kenedy.

Pada tahun 2030 nanti, sambung Kenedy, Indonesia mengalami masa bonus demografi karena bakal memiliki banyak sumber daya manusia unggul dan produktif.

"SDM inilah yang harus dijaga agar selalu bersih dari narkoba sehingga visi Indonesia Emas 2030 bisa tercapai," kata Kenedy.

Selain memberantas, BNN Riau juga aktif bersosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya narkoba. Juga dibentuk kelompok penggerak anti narkoba dan pemberdayaan masyarakat agar menjauhi barang haram itu.