Sukses

Cerita Sinterklas Menari Sufi dan Pesan Gus Dur dalam Natal di Gereja Katolik di Cilacap

Sebagai umat Katolik, kami berupaya selalu membumikan keserderhanaan sekaligus memperteguh semangat kebangsaan karena itu perayaan Natal kali ini dengan aksen nuansa nusantara

Liputan6.com, Cilacap - Ada yang berbeda dalam perayaan Natal di Gereja Paroki St. Tehresia Majenang, Cilacap, Jawa Tengah 2020 ini. Pandemi Covid-19 menyebabkan semuanya berubah, termasuk dalam peribadatan.

Natal tahun tahun ini dilakukan secara khusus akibat pandemi, maka membatasi umat yang hadir dalam ibadah tatap muka hanya sebanyak 121 orang atau 20 persen dari kapasitas gedung serbaguna Gereja St. Theresia Majenang.

Gereja Katolik St. Theresia Majenang menggelar Perayaan Natal 2020 dengan dekorasi yang menampilkan kesan sederhana dan kenusantaraan. Ini adalah bentuk implementasi dari identitas diri sebagai umat beriman dan sebagai warga Indonesia untuk memperteguh keberagaman dan toleransi.

"Sebagai umat Katolik, kami berupaya selalu membumikan keserderhanaan sekaligus memperteguh semangat kebangsaan karena itu perayaan Natal kali ini dengan aksen nuansa nusantara," kata Pastor Kepala Paroki St. Theresia Majenang, Romo Bonifasius Abbas dalam pidato malam misa Natal 2020 di Majenang, Kamis malam (24/12/2020).

Natal tahun ini mengangkat tema ‘Dan Mereka Menamakan Dia Imanuel’. Menurut dia, pilihan tema yang sarat dengan nilai-nilai identitas diri sebagai hamba yang beriman, sederhana, dan membumikan nilai luhur cinta kasih di atas bumi Nusantara.

“Indonesia yang bhineka dan beragam ini,” jelasnya, dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat dinihari (25/12/2020).

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Gusdurian Majenang: Selamat Natal

Usai misa Natal, jemaat kedatangan tamu istimewa. Mereka adalah rombongan dari Gusdurian Majenang yang tiba bersama dengan Lesbumi, Banser NU, dan Pemuda Pancasila (PP).

Pohon Natal setinggi sembilan meter dihiasi lampu kelap-kelip bintang mengantar pentas tokoh Sinterklas yang menyuguhkan tarian sufi dengan iringan lagu-lagu gerejawi. Musik beraransemen etnik membuat suasana benar-benar menyentuh. Malam misa pun benar-benar menjadi kudus.

"Perayaan Natal kami sederhana tapi mungkin tema yang kami angkat ini tidak sederhana, maka kami suguhkan tokoh sinterklas mampu menari sufi. Dan ini mungkin pertama di Indonesia bahkan dunia,” ujarnya.

Koordinator Gusdurian Majenang, H. Muhamad Murtadlo mengatakan mereka berkunjung sebagai bagian dari menyambung silaturahmi antarumat beragama, sekaligus memberi ucapan selamat kepada umat Kristiani. Dalam kesempatan itu, Gusdurian juga menyuguhkan Sinterklas menari sufi, sebuah perpaduan seni. Tarian sufi itu dipentaskan oleh sekolah seni dan santri di Majenang.

Dalam pidatonya, pria yang akrab dengan panggilan Yi Tado, mengatakan perayaan Natal dengan tema kesederhanaan dan kenusantaraan menurutnya bisa dimaknai sebagai ukhuwah basyariyah maupun wathoniyah.

Itu berarti di masa pandemi Covid-19 ini, nilai-nilai humanisme, tolong-menolong semakin kuat dalam membentuk karakter manusia Indonesia dalam menjaga nilai-nilai pancasila dan kebhinekaan. Semua itu akan memerkokoh persatuan dan solidaritas sosial.

 

3 dari 3 halaman

Pesan Gus Dur

"Kami umat muslim dan Gusdurian, bahkan juga umat lainnya pun semakin didorong imannya untuk melewati masa pandemi ini dengan solidaritas, kebersamaan dan bergandengan tangan," kata Tado.

Dia juga mengungkapkan, beberapa bulan lalu Kabupaten Cilacap dilanda bencana banjir dan longsor secara kolosal. Kejadian itu memaggil semua pihak membantu juga bersama-sama, berbagi kasih dan cinta peduli kemanusiaan.

"Kami Gusdurian, kami juga penting sampaikan apa pesan Gus Dur, tidak penting apapun agama atau sukumu, ‘Kalau kamu bisa melakulan sesuatu yang baik untuk semua orang. orang tidak pernah tanya apa agamamu’,” ucap Tado.

Dalam kesempatan itu pula Romo Bonifasius Abbas menyampaikan terima kasih atas kehadiran Gusdurian dan lembaga lainnya. Menurut dia, kehadiran mereka akan membuat Natal lebih bermakna dan penuh nuansa keberagaman dan toleransi.

"Terima kasih atas partisipasinya, dan perayaan Natal kami terlaksana dalam damai. Terima kasih kami pada para santri sekolah seni Majenang, yang telah menyuguhkan tokoh sinterklas dengan tarian sufinya,” kata Romo Boni.

Tulisan dikirim oleh: Imam Hamidi, pegiat Lesbumi dan Gusdurian Cilacap