Liputan6.com, Malang - Pagi yang cerah di Malang, Jawa Timur pada hari pertama 2021, Jumat 1 Januari, menghantarkan kehangatan usai hujan mengguyur sepanjang malam. Dalam momen hangat itu berlangsung momen pernikahan unik nan spesial.
Pasangan pengantinnya sama-sama dari Jawa Timur yakni Sumadi Rajab dari Jember dan Isminarti Perwirani dari Malang. Pasangan ini tak lagi muda layaknya pengantin pada umumnya. Sumadi biasa dipanggil Eyang Sumadi berusia 78 tahun dan Isminarti atau Eyang Nanik 73 tahun.
Saat hendak menyampaikan khutbah pernikahan sebelum prosesi ijab kabul, sang penghulu dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Lowokwaru, Malang pun mengaku sungkan.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau dari jam terbangnya mengarungi kehidupan rumah tangga, eyang-eyang ini sudah banyak makan asam garam, malah kami yang seharusnya dikhutbahi," kata penghulu, disambut tawa keluarga yang hadir.
"Jadi saya hanya kembali mengingatkan saja niat ibadah dari mempelai. Mohon dijalani khusyuk, disaksikan cucu-cucu. Masih ingat kan, atau sudah lupa?"
Jauh hari sebelumnya, pihak KUA sudah dibuat takjub saat proses pengurusan nikah beberapa bulan lalu.
Alex, pendamping penghulu dari KUA, menuturkan pengalamannya saat menerima calon pengantin kala itu.
"Mana anak atau cucu yang mau menikah?" kata Alex mengisahkan.
"Lho, kami sendiri"?
"Serius?"
"Iya, wis ta lah, masa bercanda."
Alex buru-buru lapor ke pimpinan KUA.
"Pak ini ada pasangan sepuh-sepuh mau menikah, 73 dan 78."
"Masih muda lah itu."
"Bukan tahun lahirnya, tapi usianya 73 dan 78 tahun. Tahun ijazahnya saja sama dengan tahun kelahiran saya."
"Oh.."
Singkat cerita, setelah seluruh proses admistratif terpenuhi, berlangsunglah pernikahan duda dan janda senior itu di kediaman mempelai perempuan di Jalan Bunga Krisan, Malang. Dua putra dan empat cucu pengantin pria serta empat putra dan enam cucu pengantin perempuan turut menyaksikan dan mendoakan.
Saksikan Video Pilihan Ini
Berawal dari Reuni
Perkenalan Eyang Sumadi dan Eyang Nanik sudah terbentang lama. Keduanya sama-sama kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Jember. Eyang Sumadi angkatan ketiga atau angkatan 1963 dan Eyang Nanik angkatan 1968.
Selepas kuliah keduanya praktis tidak berhubungan, dan menjalani aktivitas serta jalan kehidupannya masing-masing. Eyang Sumadi berkiprah di dunia politik dan pendidikan, Eyang Nanik menjadi pegiat koperasi militan.
Hubungan spesial baru terjalin sekitar setengah abad kemudian, terpicu dari pertemuan-pertemuan saat momen reuni kampus. Awalnya tak terlintas juga bagi keduanya untuk membangun sebuah relasi istimewa.
"Saya kenal sekilas saja, hanya kalau Bu Nanik itu memang menonjol karena di setiap reuni selalu tampil menyanyi," ujar Eyang Sumadi.
Olime meminisse iuvabit, selalu menyenangkan mengingat hal yang sudah lewat. Reuni-reuni alumnus Fakultas Pertanian Universitas Jember pun terus berlangsung. Maka, keduanya jadi sering bertemu. Cinta bersemi seiring reuni.
"Tahun 2019 kami mulai dekat, dan setelah melalui pertimbangan masak-masak kami putuskan menikah," kata Eyang Sumadi.
"Jangan bayangkan pernikahan seperti anak-anak muda, kami masing-masing hanya mencari teman di masa tua."
Hal senada dituturkan Eyang Nanik. "Entah mau berapa tahun lagi, kami sepakat menjalani bersama dengan ikhlas," katanya.
Keduanya juga konsisten menyimpan rapat-rapat hubungan yang akhirnya dibawa ke jenjang pernikahan itu. Informasi rencana nikah tidak tersiar di kalangan paguyuban alumnus, ruang di mana cinta kasih mulai bersemi.
"Pernikahan ini bakal jadi kabar heboh tahun baru di kalangan keluarga alumni," kata salah satu teman seangkatan mempelai di kampus, Sulistyo.
Teman-teman alumnus, bahkan keluarga besar masing-masing, baru mengetahui rencana nikah unik ini beberapa jam sebelumnya, setelah dikirim link aplikasi Zoom untuk menyaksikan siaran langsung prosesi akad nikah.
Advertisement
Tamu-Tamu di Zoom Juga Foto Bersama Pengantin
Keunikan pernikahan pasangan lansia ini bertambah seiring pandemi Covid-19 yang belum reda, termasuk di Malang. Penikahan dijalankan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat, mulai dari tata ruangan, pembatasan tamu, mekanisme kebersihan tamu, hingga kegiatan makan bersama.
Tamu-tamu yang datang hanya anak cucu mempelai dan petugas KUA. Anggota keluarga besar dan teman-teman pengantin hadir melalui Zoom.
"Mohon maaf sebesar-besarnya, tanpa mengurangi rasa hormat, dengan berat hati kami belum bisa mengundang keluarga besar dan teman-teman pengantin untuk hadir langsung," kata Chrysanti Tarigan, putri pengantin perempuan yang menjadi host acara.
Tamu-tamu di ruang Zoom juga mengikuti prosesi pernikahan dengan khidmat. Tentu mereka tidak bisa ikut menikmati hidangan yang tersaji. Namun, mereka mendapat kesempatan interaksi dan foto bersama pengantin. Bagaimana bisa?
Saat acara foto-foto, dialokasikan juga waktu bagi pengantin untuk berpose di dekat layar TV yang menayangkan siaran live itu. Cekrek, cekrek, maka berfotolah pengantin dengan tamu-tamu di ruang Zoom sesuai urutan halaman yang terbentang di layar.
"Lhoh gak ketok aku (lhoh aku tidak kelihatan)," kata salah satu tamu di Zoom saat difoto. Rupanya fitur videonya tidak dia hidupkan.
Pada akhir acara pernikahan ini, segenap tamu yang hadir langsung maupun tamu di ruang daring via Zoom mendaraskan doa senada untuk mempelai, agar pernikahan ini menambah kekuatan dan berkah dalam meniti masa-masa senja bersama.
"Kami mendoakan pernikahan ini bisa menambah kebahagian dan menyempurnakan laku kehidupan mama dan bapak," kata Avinanta Tarigan, putra sulung pengantin perempuan.
Selamat berbahagia eyang-eyang.