Liputan6.com, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan deformasi atau perubahan bentuk pada permukaan tubuh Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terus terjadi dan meningkat.
Perekayasa Ahli Madya BPPTKG Sri Sayuti di Magelang, Senin, mengatakan sesuai catatan pada Minggu (3/1) pukul 00.00 WIB deformasi Gunung Merapi yang terukur dari Pos Babadan rata-rata 21 sentimeter per hari.
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, kondisi tersebut mengalami peningkatan dari sebelumnya dari 11 sentimeter ke 17 sentimeter, kemudian 19 sentimeter dan kini 21 sentimeter.
"Deformasi yang terjadi ini salah satunya diindikasikan dengan guguran-guguran yang terjadi di seluruh hulu sungai, dari tebing-tebing kubah Merapi mulai dari lava 1956, 1948, 1998 dan lava 1992 itu semua arahnya ke barat sampai barat laut," katanya, dikutip Antara.
Guguran-guguran dari Gunung Merapi tersebut mengisi hulu-hulu sungai di sektor barat dan barat laut mulai dari Kali Putih, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Trising dan Kali Apu. Jarak luncuran terjauh guguran itu mencapai 3 kilometer di Kali Lamat.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Aktivitas Gunung Merapi Meningkat
Ia menyebutkan kondisi Merapi hari ini dari pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB terjadi guguran 24 kali, hembusan 28 kali, fase banyak 88 kali, dan vulkanik dangkal 14 kali.
Kalau melihat hal tersebut, katanya, secara sesmisitas dan deformasi Merapi masih cukup di tingkat yang tinggi, masih meningkat terus, mau berhentinya kapan tidak diketahui.
"Kita mengikuti Merapi, jadi Merapi modelnya bisa slow seperti sekarang, bisa cepat seperti 2010. Ini adalah waktu yang lama, yang mungkin masyarakat tidak sabar ada di tempat pengungsian," katanya.
Ia berharap kerja sama dengan BPBD dengan masyarakat di desa, kepala desa untuk selalu memberikan informasi tentang perkembangan Merapi bahwa sesungguhnya gunung ini masih kondisi siaga dengan data yang cukup tinggi dari monitoring pemantauan seismik, deformasi dan perubahan morfologi yang terjadi baik di kawah maupun di lereng.
Advertisement