Liputan6.com, Cirebon - Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 beberapa hari lalu mendapat perhatian dari akademisi penerbangan Kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC).
Dosen penerbangan UMC Cirebon Anton Octavianto mengatakan, terlepas dari polemik analisis jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap transportasi sudah mulai berubah.
Masyarakat, dinilai sudah lebih dewasa menyikapi insiden kecelakaan yang dialami sebuah maskapai. Menurut dia, tingkat kesadaran masyarakat akan transportasi sudah berubah.
Advertisement
Baca Juga
"Saya perhatikan di medsos saja sedikit orang yang protes bahkan tidak ada yang marah-marah. Berbeda dengan beberapa tahun lalu ada kejadian pesawat jatuh dunia sosial marah-marah," kata Anton saat di temui di Cirebon, Rabu (13/1/2021).
Namun, insiden jatuhnya pesawat tidak menurunkan minat masyarakat transportasi Indonesia terhadap dunia penerbangan. Indonesia yang merupakan negara kepulauan menjadi dasar kuat tingginya minat transportasi udara.
"Beberapa saat setelah Sriwijaya Air jatuh saya sempat cek ke teman saya di Sriwijaya laporannya masih normal bahkan penumpang tetap banyak. Mungkin akan sedikit menurun dari sisi komersial tapi tidak lama akan kembali normal," ujar dia.
Saksikan video pilihan berikut ini
KNKT
Merespon adanya polemik mengenai penyebab kecelakaan Sriwijaya Air, Anton mengatakan semestinya tidak harus terjadi. Sebab, sampai saat ini pemerintah belum memberikan keterangan resmi penyebab jatuhnya Sriwijaya Air.
"Kalau saya memang tidak di ranah teknis hanya di ranah komersilnya saja tapi bicara soal penyebab jatuhnya pesawat itu banyak faktor sepanjang yang saya tahu. Maka dari itu lebih baik tunggu hasil dari KNKT saja," ujar Anton.
Menurut Anton, persoalan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air masih abu-abu. Namun, dia mengaku sejauh ini manajemen Sriwijaya Air termasuk salah satu maskapai yang good maintenance.
Berbicara soal kecelakaan pesawat, Anton menyatakan hampir seluruh maskapai di Indonesia sudah pernah mengalami. Oleh karena itu, jatuhnya pesawat juga tidak bisa diukur dari usia pesawat itu sendiri.
"Yang menentukan laik terbang atau tidak hasil rilis dari tim teknis maskapai meski pesawat usianya sudah 26 tahun tapi kalau perawatannya bagus maka laik terbang. Lebih baik menunggu hasil investigasi KNKT saja," ujar dia.
Advertisement