Sukses

Pakar Kegempaan Unsoed: Gempa Sulbar Pengaruhi Pergerakan Patahan Selanjutnya

Jalur gempa sangat dipengaruhi oleh jalur gempa yang ada di dekatnya. Satu jalur patahan bergerak akan mempengaruhi gerakan selanjutnya di jalur patahan yang lainnya

Liputan6.com, Purwokerto - Gempa dengan kekuatan signifikan magnitudo 5,9 yang mengguncang Majene Provinsi Sulawesi Barat pada Kamis (14/1/2021) pukul 13.35.49 WIB. Kemudian gempa tektonik dengan kekuatan yang lebih besar M 6,2 terjadi pada Jumat (15/1/2021) dinihari pukul 01.28 WIB yang lebih mengguncang dan merusak.

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,99 LS dan 118,89 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 4 km arah Barat Laut Majene, Sulawesi Barat pada kedalaman 10 kilometer.

Menanggapi fenomena ini, Dosen Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed DR Ir. Asmoro Widagdo memaparkan gempa bumi yang sering terjadi di Pulau Sulawesi belakangan menujukan aktifnya jalur-jalur gempa sangat dipengaruhi oleh jalur gempa yang ada di dekatnya.

Satu jalur patahan bergerak akan memengaruhi gerakan selanjutnya di jalur patahan yang lainnya. Hal ini adalah bagian dari interaksi dinamika pergerakan lempeng yang menyusun Pulau Sulawesi. Gempa Majene-Mamuju terjadi setelah sebelumnya terjadi gempa di Palu, Toli-toli, dan gempa di Maluku.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal yang terjadi akibat aktivitas patahan atau sesar lokal. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Asmoro yang juga Ahli Geologi Struktur Patahan Fakultas Teknik (FT) Unsoed menjelaskan bahwa jalur patahan naik ini akan merupakan zona yang paling terdampak oleh gempa bumi. Untuk itu perlu dilakukan kajian pemetaan jalur dan persebarannya untuk membantu upaya mitigasi gempa.

"Upaya mitigasi dalam jangka pendek perlu dilakukan oleh pemerintah dengan menciptakan ketenangan kepada warga yang menjadi korban gempa melalui berbagai media terutama media sosial. Pemerintah pusat perlu hadir dalam peristiwa ini," ucapnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Mitigasi Gempa Sulbar

Kehadiran menteri, kata dia, diharapkan memberikan dukungan moral kepada warga terdampak agar merasa lebih tenang. Bantuan perlu disalurkan kepada korban secara cepat dan tepat sasaran.

Selanjutnya, warga perlu diberikan pemahaman mengenai bagaimana langkah-langkah melakukan pemulihan kehidupan mereka kepada keadaan normal. Perbaikan sarana dan prasarana umum dan pemerintahan menjadi prioritas yang harus diutamakan.

Asmoro yang juga ahli Kegempaan mengatakan kajian ilmiah geologi gempa bumi perlu dilakukan segera dengan menentukan titik-titik dimana terjadi kerusakan bangunan, gerakan tanah akibat gempa, rekahan tanah atau batuan, dan kerusakan infrastruktur lainnya.

Hal ini penting untuk menentukan jalur gempa akibat sesar naik di mana jalur sesar atau patahannya tidak membentuk zona yang lurus seperti sesar Palu misalnya. Jalur Patahan naik dengan kemiringan yang umumnya landai akan membentuk zona rawan yang berkelok-kelok tidak lurus.

"Data-data deformasi batuan di permukaan akibat gempa tersebut akan segera hilang atau tertutup bila terjadi hujan, sehingga harus segera dipetakan," ucap Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ini.

Bencana tanah longsor tanah atau batuan akibat gempa darat umum terjadi, sehingga warga yang tinggal di bawah tebing atau lereng terjal perlu diberikan pemahaman utuk upaya penyelamatan diri. Terjadinya longsor di bawah laut akibat gempa ini juga harus diwaspadai karena dapat menimbulkan ancaman tsunami.

Asmoro menjelaskan, mengingat daerah ini merupakan daerah yang akan selalu terancam oleh gempa-gempa selanjutnya, maka pembangunan infrastruktur harus sangat memperhatikan potensi ancaman ini.

Model-model rumah panggung dari kayu hasil kearifan lokal perlu dilestarikan. Hasil kebudayaan lokal ratusan tahun ini sudah mempertimbangkan ancaman gempa dan tsunami telah dan memang sering terjadi di Sulawesi pada zaman dahulu. Kajian kearifan lokal lainnya dari kebudayaan mereka perlu dikaji lebih dalam untuk upaya mitigasi selanjutnya.