Liputan6.com, Rembang - Aktivis lingkungan hidup, Lilik Yuliantoro melakukan aksi jalan kaki dari Kabupaten Rembang dengan tujuan Istana Merdeka, Jakarta. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk aduan ke pemerintah pusat karena adanya limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mencemari wilayah.
Dalam aksinya, pria asal Blora, Jawa Tengah tersebut mengenakan baju lurik, sandal, membawa tas dan juga bendera merah putih. Ia mengaku spontan melakukan aksinya itu.
"Persiapan saya aksi selalu spontan, tidak pernah ada rencana apa pun. Jadi saya dapat isu nasional langsung saya angkat, dan saya spontan melakukan aksi hari ini," ungkap Lilik saat ditemui di depan gedung DPRD Kabupaten Rembang, Rabu (20/1/2020).
Advertisement
Tak hanya itu, Lilik mengaku hanya berbekal uang Rp100 ribu dan juga air minum untuk memenuhi kebutuhannya selama perjalanan. Rencananya, dibutuhkan waktu sekitar 25 hari untuk sampai Jakarta.
"Targetnya sampai Jakarta 25 hari. Iya (diusahakan ketemu Jokowi)," ujarnya.
Baca Juga
Lilik yang juga anggota Kawali itu juga menambahkan, aksinya tersebut murni untuk menyampaikan aspirasi masyarakat karena dirugikan dengan adanya limbah B3 yang berada di Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang. Limbah-limbah tersebut diduga berasal dari Pelabuhan Kuala Tanjung.
"Akhirnya saya terketuk hati, sedikit pun tidak ada yang mendomplengi atau apa pun, dan tidak ada kaitannya dengan politik. Ini murni dari hati saya dan bila dikait-kaitkan dengan politik, saya tidak setuju karena murni dari hati. Saya sendiri asli Blora dan aktivis nasional," terangnya.
Sebelum sampai di Jakarta, rencananya Lilik akan terlebih dahulu bertemu dengan Gubernur, DPRD, Kapolda, Kejati, hingga Dinas Lingkungan Hidup Jawa Tengah untuk menyampaikan aspirasi tersebut.Â
"Dengan adanya limbah ini saya mengharap segera diusut, ditutup, dituntaskan sampai akar-akarnya. Siapa pun yang terlibat intinya diproses secara hukum dan diadili," harapnya.
Seperti diketahui Liputan6.com, sekitar bulan April 2020 lalu, kurang lebih 7.500 ton material tanah diduga limbah dibuang ke Desa Gandri Rojo, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. Selanjutnya, pada Mei 2020, sekitar 11 ribu ton limbah dibuang di Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang. Seolah-olah puluhan ton limbah menggunung di wilayah tersebut.
Pembuangan limbah itu juga pernah diprotes oleh warga sekitar karena dampak yang ditimbulkan menyebabkan perkebunan cengkih sudah tidak bisa lagi dipanen, tanaman bawang mati, ternak-ternak berjatuhan hingga kadar air di sekeliling limbah sudah tidak dapat dikonsumsi lagi.