Liputan6.com, Sikka - Puluhan hektare sawah di wilayah, Desa Done, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) rusak berat akibat hujan dan banjir kiriman dari gunung pada Minggu (17/1/2021) lalu.
Tanaman padi yang baru ditanam beberapa hari lalu hanyut terendam banjir dan tertutup material, lumpur dan pasir. Akibatnya, para petani harus menanggung kerugian yang cukup besar.
Banjir yang melanda wilayah Kecamatan Magepanda tidak hanya meninggalkan kesedihan warga, tetapi juga petani yang terkena dampak banjir. Sawah yang terkena banjir belum dapat ditanami kembali.
Advertisement
Baca Juga
Pantauan media Liputan6.com, Rabu (20/1/2021) siang terlihat beberapa petak sawah masih tergenang air, dan area persawahan lainnya terlihat lumpur dan pasir dari luapan banjir.
Bahkan, karung yang digunakan sebagai penahan luapan banjir pun terlihat berserakan di persawahan milik warga. Banjir bukan hanya merusak areal persawahan, melainkan juga menghanyutkan tanaman padi yang baru ditanam.
Thomas Lando, warga Desa Done, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT, saat ditemui media Liputan6.com, Rabu (20/1/2021) siang, mengatakan, padi milik para petani di Desa Done, Kecamatan Magepanda pada umumnya baru ditanam 1 hingga 2 minggu.
"Padi sawah yang baru ditanami tertimbun material lumpur dan pasir akibat banjir beberapa hari yang lalu," ungkapnya.
Ia mengatakan total sawah yang terdampak banjir mencapai puluhan hektare. Sawah miliknya saja seluas 2 hektare lebih, belum ditambah sawah milik petani lain.
Ia mengharapkan kepada pemerintah untuk bisa memantau kondisi para petani saat ini. Sebab, untuk menanam ulang, para petani sudah kehabisan bibit.
Dengan kondisi seperti ini, para petani terpaksa membiarkan sawahnya karena untuk menanam ulang, biayanya cukup besar.
"Sebab untuk membuat kembali petak sawah, sebelumnya kita harus mengeruk kembali material pasir yang dibawa oleh banjir, ibarat kita buka sawah baru lagi," dia menyebutkan.
Dia mengungkapkan, baru kali ini terjadi banjir yang sangat besar, tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terjadi banjir seperti ini.
"Kami mengalami kerugian yang cukup besar, karena sekali panen kami bisa mendapatkan hasil 50 karung padi. Itu baru saya sendiri, mana para petani lainnya," dia menandaskan.