Sukses

Mengintip Tradisi Mandi Uap Dukun Beranak di Cirebon

Beda cara dan rasa dalam setiap menggelar ritual yang sudah menjadi tradisi turun temurun salah satunya mandi uap atau disebut garangan

Liputan6.com, Cirebon - Mbok Reni, salah seorang paraji atau dukun beranak asal Kampung Kedung Krisik Kelurahan Argasunya Kota Cirebon tengah sibuk menyiapkan bahan untuk mandi uap kepada pasiennya.

Mandi uap atau akrab disebut Garangan merupakan bagian dari rangkaian acara puputan atau tradisi selamata ketika pusar bayi putus. Daun Kemuning, Daun Kosambi, Daun Kilayu, rempah-rempah dan bunga tujuh rupa merupakan bahan utama mandi uap ala Mbok Reni.

Bahan tersebut dicampur dalam satu ember bersih. Setelah siap, bahan mandi uap dicampur dengan air mendidih hingga bata merah yang sudah dibakar oleh Sunanto.

"Sebelum mandi uap dipijat dulu refleksi agar semua otot si ibu kendur dan ketika diuap relaks kemudian badan kembali segar," kata Mbok Reni di Cirebon, Rabu (27/1/2021).

Dalam prosesinya si ibu hanya tertutup kain sarung dari kepala hingga kaki. Uap hasil ramuan Mbok Reni kemudian dimasukkan dari bagian bawah kain yang menutup tubuh pasien.

Mbok Reni mengatakan, bahan ramuan untuk mandi uap didapat dari tanaman sekitar yang ada di kawasan Argasunya.

"Di kampung ini memang begitu tradisinya sejak saya belum jadi dukun anak sampai sudah 26 tahun jadi paraji ya saya yang mandikan uap," kata Mok Reni, yang juga warga Kampung Kedung Krisik, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Mbok Reni mengaku ritual mandi uap membantu ibu agar tetap rileks usai melahirkan. Si ibu tidak lagi sakit kepala usai melahirkan jika sudah mandi uap.

"Biasanya habis melahirkan badan kan sakit-sakit nah itu bisa sembuh dan si ibu bisa semakin lancar menyusui bayi karena fisiknya sudah relaks," kata Mbok Reni.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini

2 dari 2 halaman

Bayi Juga Mandi Uap

Tak hanya pada si ibu, tradisi mandi uap juga dilakukan pada si bayi. Mbok Reni mengatakan mandi uap pada bayi akan menyehatkan.

Namun, memberi uap pada bayi tidak boleh terlalu lama. Sambil menggendong si bayi, uap dikipaskan ke arahnya.

"Secukupnya saja kalau sudah semua badan bayi diuap langsung diangkat. Itupun setelah ibunya di uap ya karena tingkat kepanasan berpengaruh," katanya.

Mbok Reni mengaku sudah 26 tahun menjadi paraji di wilayah Kelurahan Argasunya Kota Cirebon. Pada praktiknya, Mbok Reni selalu berbagi peran dengan bidan di wilayahnya.

"Kalau lahiran ya saya panggil bidan biar ditangani sama bidan karena sudah tidak boleh lagi," ujar dia.

Sementara itu, Sunanto, suami seorang pasien mengaku, tak henti bersyukur dapat menjalankan rangkaian tradisi puputan. Dia menyebutkan, tradisi tersebut diperuntukkan kepada putrinya yang ketiga.

"Tiga anak saya semua lahir disini dibantu bidan sama paraji pak anak saya usianya sembilan hari. Alhamdulillah bisa menggelar tradisi ini walaupun sederhana sekali," kata Sunanto, Rabu (27/1/2021).

Pada prosesnya, Sunanto nampak sibuk menyiapkan perlengkapan mandi uap untuk istri dan anaknya. Mengumpulkan kayu, hingga plastik sebagai bahan untuk membakar beberapa bata merah hingga memasak air.

Meski tidak ada persiapan matang, Sunanto mengaku senang bisa menjalankan tradisi yang sudah melekat di kampungnya.

Dia mengaku, menjalankan ritual puputan dan mandi uap agar istri kembali sehat dan tidak mudah sakit usai melahirkan.

"Demi istri anak meskipun pekerjaan saya seperti ini tapi Alhamdulillah bisa dilaksanakan. Paraji juga mau dibayar seikhlasnya," kata dia.