Liputan6.com, Cilacap - Mendekatkan pendidikan tinggi yang berkualitas dan terjangkau menjadi semangat Yayasan El Bayan, Cilacap, Jawa Tengah untuk mendirikan sekolah hingga perguruan tinggi di pedesaan.
Tak hanya menjadi jargon, kini STMIK Komputama juga mendampingi desa-desa sekitar. Setidaknya ada tiga desa yang didampingi sekolah berbasis informasi dan teknologi ini, yakni Cimanggu dan Kutabima Kecamatan Cimanggu, serta Cisuru, Kecamatan Cipari.
Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian STMIK Komputama, Muchamad Solehudin, M.Pd mengatakan di bawah lembaga pengabdian ini, dosen dan mahasiswa melakukan peningkatan kapasitas atau edukasi serta pendampingan pemerintah desa di bidang teknologi, serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan, salah satu semangat yang ditularkan kepada pemerintah desa adalah untuk mengoptimalkan potensi desa untuk kesejahteraan masyarakat. Kedua, STMIK mendorong transparansi tata kelola pemerintahan desa.
Karena itu, STMIK menginisiasi pembuatan dan pengembangan sistem informasi desa (SID) untuk mendorong pelayanan publik yang cepat dan mudah. Kedua, melalui SID ini, transparansi tata kelola pemerintah desa bisa dibangun.
“Masyarakat bisa lebih banyak mengakses informasi tentang tata kelola pemerintah desa. Misalnya, soal pengelolaan dana desa,” ujarnya.
Di sisi lain, kesejahteraan masyarakat juga menjadi fokus STMIK Komputama. Sesuai dengan bidangnya sebagai sekolah tinggi yang berkonsentrasi dalam manajemen informatika dan komputer, STMIK mendampingi masyarakat desa, dalam hal ini BUMDES, untuk memanfaatkan teknologi informasi.
“Banyak sekali potensi desa yang memiliki pangsa luas. Tetapi, kebanyakan memang masih dijual di sekitar. Kita mendampingi masyarakat untuk menjangkau pasar lebih luas.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Perubahan Tren Pasar ke Online
Wakil Ketua I STMIK Komputama mengatakan terjadi perubahan tren pasar dari offline menjadi online pada masa pandemi Covid-19. Perubahan tren pasar itu membuka peluang percepatan perkembangan usaha dan munculnya wirausaha baru.
STMIK Komputama menginisiasi marketplace atau platform jual beli dalam jaringan khusus untuk produk-produk pedesaan. Pengembangan marketplace khusus produk pedesaan itu dilakukan mempertimbangkan fakta bahwa masyarakat pinggiran lebih banyak menjadi konsumen, ketimbang produsen.
Padahal, menurut dia, banyak produk lokal yang memiliki potensi besar. Terlebih, kini jarang penyedia barang atau jasa yang menyediakan produk khas pedesaan.
“Keberadaan kami di Majenang, yang katakanlah masih berada di pinggiran adalah tantangan bagaimana kita juga berkembang bersama masyarakat,” kata Dede.
Marketplace yang sedang dikembangkan itu bernama Elka, yang berarti Elbayan-Komputama. Elbayan adalah nama yayasan yang menaungi STMIK Komputama.
“Sementara ini memang masih berupa toko online. Ini terus dikembangkan oleh mahasiswa-mahasiswa kami memanfaatkan fasilitas laboratorium,” ujarnya.
Menurut dia, mahasiswa yang merupakan potret kaum muda terdidik bisa menjadi pioner untuk beradaptasi di masa new normal. Salah satunya, dengan pemanfaatan IT.
“Ada perubahan tren pasar, dari yang sebelumnya lebih banyak offline, sekarang lebih ke online, untuk menghindari interaksi langsung,” kata Dede.
Menurut dia, generasi muda, termasuk mahasiswa memiliki peran strategis lantaran lebih responsif terhadap perkembangan teknologi. Kemampuan adaptif ini, menurut dia, perlu ditularkan ke masyarakat, dengan pendampingan.
Dia yakin, kemampuan mahasiswa lebih dari cukup untuk mengambil peran untuk menyikapi perubahan perilaku masyarakat. Lebih penting lagi, mahasiswa juga didorong untuk mengenalkan dan membantu masyarakat yang butuh pendampingan di bidang IT.
“Dampaknya ke segala bidang. Secara institusi kami membantu masyarakat dengan berbagai program pendampingan,” jelasnya.
Advertisement