Sukses

Istimewanya Peringatan Perjanjian Giyanti 2021

Peringatan Perjanjian Giyanti ke 266 di Kranganyar, Jawa Tengah begitu istimewa dengan hadirnya pihak Kasultanan Yogyakarta dan Pemda DIY.

Liputan6.com, Yogyakarta - Peringatan Perjanjian Giyanti tahun di tahun 2021 begitu istimewa dengan diikuti oleh Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hadir dua putri Sri Sultan Hamengku Buwono X yakni Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi dan Gusti Kanjeng Ratu Condrokirono serta Kepala Paniradya Kaistimewan Daerah Istimewa Yogyakarta Aris Eko Nugroho.

Peringatan Perjanjian Giyanti ke-266 yang dipusatkan di Dusun Kerten Desa Jantiharjo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada Sabtu (13/2/2021) siang itu berlangsung khidmat.  

Widihasto Wasana Putra Koordinator  Sekber Keistimewaan DIY mengatakan peringatan Pejanjian Giyanti itu dihadiri 50 orang peserta dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di situs Perjanjian Giyanti, tempat dilakukannya kesepakatan antara Pangeran Mangkubumi dengan Gubernur VOC Nicholaas Hartingh dan Paku Buwono III pada 13 Februari 1755 silam.

Perjanjian ini membagi wilayah kerajaan Mataram menjadi dua, Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Dari kalangan pemerintah Kabupaten Karanganyar hadir Bupati Karanganyar Drs. H. Yuliatmoni, MM, Sekretaris Daerah Sutarno, Kadisdikbud Drs. Tarsa, M.Pd, Kadisparpora Titis Sri Jawoto, Camat Karanganyar Jamil S.Sos, MM, Lurah Jantiharjo Agus Cahyono, S.Sos, MSi, pengurus Yayasan Giyanti, serta perwakilan Sekber Keistimewaan DIY," katanya.

Hasto megatakan dalam peringatan ini GKR Mangkubumi dan Bupati Karanganyar  menanam dua pohon sawo kecik masing-masing di sebelah kanan dan kiri di area pintu masuk kompleks situs Perjanjian Giyanti. GKR. Condrokirono dan pejabat lainnya menanam pohon keben dan kantil.  

"Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, sambutan para pihak, doa syukur, pemotongan tumpeng, dahar kembul, sarasehan dan dipungkasi dengan penanaman pohon sawo kecik, keben dan kantil di area situs," katanya. 

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

'Mikul Duwur Mendem Jero'

Menurut Hasto, GKR. Mangkubumi mengaku senang dan bersyukur berkesempatan mengikuti peringatan Perjanjian Giyanti untuk yang pertama kalinya. Situs ini menjadi tempat untuk belajar kembali peristiwa sejarah.

"Sejarah tidak boleh dilupakan supaya kita tahu asal usul dan bagaimana perjuangan para leluhur terdahulu. Menjadi tugas kita dan generasi berikut untuk merawatnya," katanya.

Hasto menjelaskan, Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Parwa Budaya Kasultanan Ngayogyakarta itu berharap situs Perjanjian Giyanti menjadi lebih indah dengan dilengkapi berbagai literasi pendukung sebagai salah satu tujuan wisata sejarah. Sehingga pemerintah daerah dan masyarakat dapat mengembangkannya.  

"Pada kesempatan ini GKR. Mangkubumi membagikan cinderamata berupa Buku Ensiklopedia Kraton Yogyakarta," katanya.

Bupati Karanganyar Drs. H. Yuliatmoni, MM menyambut baik ide pengembangan situs Perjanjian Giyanti sebagai wisata sejarah dengan mengusung falsafah 'mikul duwur mendem jero'. Pihaknya meminta arahan sekaligus masukan dari pihak Kasultanan ke depan akan dibangun seperti apa situs Giyanti.

"Masyarakat Karanganyar khususnya warga desa Jantiharjo untuk memosisikan situs Perjanjian Giyanti hanya sebagai tempat sinau sejarah. Tidak perlu mewingit-wingitkan tempat ini, seolah-olah angker dan sebagainya, nanti orang malah jadi takut datang," Yuliatmoni. 

Terpisah sejarawan Universitas Gajah Mada Yogyakarta DR Sri Margono berharap semua pemangku kebijakan dapat menaruh perhatian lebih terhadap pelestarian situs Perjanjian Giyanti. 

"Situs sepenting Giyanti perlu mendapatkan perhatian karena bagaimanapun juga disitu merupakan titik awal kemunculan Kasultanan Ngayogyakarta yang diperjuangkan oleh Pangeran Mangkubumi. Perlu dipikirkan kemungkinan lokasi situs dikembangkan menjadi museum edukasi sejarah dilengkapi literasi yang memadai," Margono berharap.