Sukses

Alasan Peneliti Memilih Anhui Sebagai Calon Vaksin Covid-19 di Indonesia

Indonesia berpeluang memiliki calon vaksin Covid-19 baru yang bakal diuji klinis.

Liputan6.com, Bandung - Indonesia berpeluang memiliki calon vaksin Covid-19 baru yang bakal diuji klinis. Terbaru adalah vaksin buatan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical Co Ltd asal China yang akan menggelar uji klinis fase 3 atau tahap akhir di Jakarta dan Bandung.

Berbeda dengan jenis vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac, Anhui mengembangkan jenis vaksin rekombinan atau sub unit protein. Meski demikian, pelaksana uji klinis kali ini juga berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad).

Peneliti utama uji klinis fase 3 vaksin rekombinan Covid-19 Anhui Rodman Tarigan mengatakan, informasi terkait vaksin Anhui didapatkan setelah pihak perusahaan melakukan kunjungan ke Bandung beberapa bulan lalu.

Dalam kesempatan itu, Rodman bersama para peneliti senior seperti Prof Kusnandi Rusmil mendapatkan keterangan bahwa Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical, sudah menghasilkan salah satu produk vaksin meningitis yang sudah dipakai untuk jemaah haji dan umrah di Indonesia.

"Info tersebut kami dapatkan dari sponsornya Anhui. Ketika presentasi di Bandung, mereka sampaikan punya pengalaman bikin vaksin meningitis untuk jemaah umrah. Jelas vaksin tersebut tidak mengandung barang yang haram tersebut," kata Rodman saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (18/2/2021).

Setelah pertemuan itu, Rodman banyak berdiskusi dengan Kusnandi yang juga menjadi Ketua Tim Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac. Pertimbangan kehalalan menjadi penting dalam pengujian vaksin di Indonesia.

"Itu penting ya buat teman-teman kita yang muslim di Indonesia," ujarnya.

Selain tidak haram, Rodman menyebutkan bahwa uji klinis vaksin harus juga memerhatikan resistensi atau keraguan dari pihak luar. Untuk itu, kandidat vaksin tersebut harus dipilih kembali sesuai dengan kriteria.

"Yang pertama, mudah untuk alih teknologi. Kemudian terkait penyimpanan apakah mudah atau tidak, kemudian mudah untuk distribusi dan juga dapat diterima oleh kita yang mayoritas muslim. Ketika Sinovac pun demikian (memenuhi kriteria)," ujar Rodman.

Perlu diketahui, tahap pengujian sangat penting untuk memastikan keefektifan vaksin. Selain memastikan keefektifan vaksin, hal yang perlu diperhatikan adalah kehalalan dari vaksin, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan lembaga di Indonesia yang punya wewenang untuk memastikan kehalalan dari vaksin Covid-19. Adapun alur pengajuan sertifikasi halal harus terlebih dulu melalui pengujian klinis hingga uji keamanan oleh Badan Pengawasan Makanan dan Obat-obatan (BPOM).

"Sertifikasi halal itu baru akan keluar setelah ada izin dari BPOM. Ketika didaftarkan ke BPOM juga didaftarkan ke MUI. Dicek kehalalannya. Kalau kata BPOM aman, kata MUI halal, baru kita produksi," kata Rodman.

Rodman sendiri mengaku belajar dari Kusnandi dalam menguji vaksin kali ini. "Saya sebagai anak buah diberi kesempatan menjadi peneliti utama. Jadi ini beban yang berat sebenarnya. Tapi saya banyak konsultasi ke beliau," ujarnya.

Rodman juga mengaku akan berkunjung ke Balai Kota Bandung untuk menyampaikan rencana uji klinis vaksin ini. Sebelumnya, ia dan tim sudah bertemu dengan Gubernur Jawa Barat, Kepala Dinas Kesehatan provinsi dan kota/kabupaten.

"Kebetulan kami juga sudah menghadap ke Bapak Gubernur Jawa Barat dan kami juga akan sowan ke bapak Wali Kota Bandung. Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri dan BPOM membuka lebar uji klinis dalam negeri maupun luar negeri," kata dia.

Pelaksanaan uji klinis vaksin Anhui rencananya akan dilakukan mulai awal Maret 2021. Pendaftaran relawan sudah dibuka hingga 31 April mendatang.

Sebanyak 4.000 subjek atau relawan berusia 18 tahun ke atas akan direkrut di Indonesia, 2.000 di antaranya di Kota Bandung. Bagi lansia yang berusia 60 tahun ke atas diperbolehkan mendaftar sebagai relawan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: