Liputan6.com, Kolaka - Seorang pria di Pantai Desa Lamunre Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, membuat geger pada Rabu (17/02/2021) siang. Pria malang itu, diterkam buaya pada lengan kirinya usai mengaku sebagai saudara kembar hewan melata itu.
Awal insiden terjadi saat seekor buaya berwarna hitam keemasan sepanjang tiga meter, muncul di tepi pantai. Diduga, buaya muara itu terombang-ambing di pantai usai terjadi gelombang laut cukup besar sehari sebelumnya.
Kemunculan buaya jadi tontonan warga sekiar. Di tengah kerumunan warga, seorang pria bernama Amir Baso (51), datang di lokasi buaya terdampar. Dia kemudian mengaku sebagai saudara kembar buaya tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Dalam video yang beredar, Amir Baso mendekati buaya, memperlakukannya seperti hewan piaraan. Dalam rekaman amatir warga, Amir Baso dan kerabatnya, memberi makan buaya dengan telur dan daging ayam. Kedua jenis makanan ini, menurut warga sekitar, menjadi kesukaan hewan liar tersebut ketika berada di darat.
Kepala Desa Lamunre Kecamatan Watubangga Kolaka, Agustian mengatakan, warga membantu Amir Baso mengevakuasi buaya ke rumahnya keluarganya yang berada di sekitar lokasi. Menggunakan beberapa lembar sarung dan kayu yang dibuat tandu, warga mengangkat buaya dan meletakkan di samping rumah.
"Sehari setelah itu, Amir Baso digigit, kejadiannya satu hari setelah buaya dievakuasi," ujar Agustian, Jumat (19/2/2021).
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Roh Buaya Minta Baju dan Celana
Agustian menceritakan, insiden berawal ketika Amir Baso sedang menyikat gigi dan membersihkan buaya. Tidak lama, seorang warga datang dan mendekati buaya yang terlihat jinak.
"Korban sempat mengucapkan kata-kata kurang sopan, saat itulah buaya tiba-tiba menerkam pergelangan tangan kiri korban, hingga mengalami luka cukup parah," kata Agustian.
Dia melanjutkan, korban sempat kaget ketika buaya tiba-tiba menerkam. Secara refleks, dia menarik lengannya dari cengkeraman gigi buaya hingga meninggalkan luka cukup parah.
Usai tergigit, Amir Baso sempat mendapat perawatan medis di Kabupaten Kolaka. Sehari setelahnya, korban kembali muncul dan bertemu warga lainnya.
Amir Baso, menurut warga sekitar, lahir hampir bersamaan dengan seekor buaya. Keduanya lahir, hanya berbeda empat hari. Buaya kemudian dibawa dan dilepas ke sungai.
Menurut warga, sejak Amir Baso berusia lima tahun, buaya yang dianggap kembaran Amir Baso, sering muncul. Biasanya, buaya muncul di muara dan terpantau di sekitar desa.
"Sering naik panjat di punggung orang tua Amir Baso, kalau lagi cari hasil hutan di sekitar muara," ujar Mardan, salah seorang warga.
Mardan mengungkapkan, ternyata ada janji Amir Baso terhadap buaya yang diakui sebagai kembarannya. Kata dia, ada warga yang sering kerasukan roh buaya.
"Di situ terungkap, jika buaya meminta baju dan celana beberapa pasang pada orang yang kerasukan. Namun, kembarannya (Amir Baso) hanya menjanji dan tak memenuhi," ujar Mardan.
Setelah Amir Baso tergigit, kerabatnya kemudian langsung memenuhi janji. Mereka membelikan beberapa pasang baju dan celana.
Advertisement
Buaya Meninggalkan Kandang
Soal keberadaan buaya, Camat Watubangga, Guntur Suhandoko menyatakan, hewan buas tersebut sudah kembali ke alam bebas. Sebelumnya, kerabat Amir Baso membuatkan semacam bak berisi air yang dilapisi terpal.
Kembalinya buaya ke alam bebas, menurut Guntur, disaksikan warga bersama kerabat Amir Baso. Kejadiannya, setelah kerabat membelikan beberapa lembar baju dan celana.
"Kami sebenarnya sudah berkoordinasi dengan pihak BKSDA Kabupaten, namun karena keterbatasan alat evakuasi, pihak BKSDA menunda," ujar Guntur Suhandoko, via telepon seluler.
Dia mengatakan, saat BKSDA tiba di lokasi, sempat bertemu keluarga Amir Baso. Namun, saat hendak mengangkut buaya ke mobil, pihak BKSDA mengurungkan niat karena ada perdebatan.
"Buaya mulai liar," katanya.
Silang Pendapat BKSDA dan Warga
Pihak BKSDA Sultra, siap mengevakuasi buaya liar di Desa Lamunre pada Sabtu (20/2/2021). Namun, hal ini akan dilakukan dengan dua syarat.
"Kami akan bawa ke penangkaran atau lepasliarkan, jika warga sudah setuju kami bawa, jika tidak kami tak akan melakukan tindakan," ujar La Ode Kaida.
Dia melanjutkan, pihak BKSDA akan mengevakuasi ketika buaya sudah dalam kondisi terikat. Jika belum, tak akan mereka lakukan.
"Alasan kami, karena sempat berdebat dengan warga saat kami akan mengevakuasi," katanya.
Dia mengungkapkan, warga sempat tak setuju jika buaya dibawa. Padahal, hari pertama, mereka sudah membolehkan namun keputusan berubah saat keesokan harinya.
Hari pertama, menurut La Ode Kaida, camat dan kepala desa serta pihak kepolisian sudah berkoordinasi kepada warga.
"Selain itu, warga juga enggan membantu kami mengevakuasi padahal kami sudah siap di lokasi," katanya.
Â
Advertisement