Liputan6.com, Denpasar Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan Yoma) untuk tetap berbagi ilmu dengan masyarakat di sekitarnya. Ya luqman Nur Hakim, mahasiswa Polbangtan Yoma jurusan penyuluhan pertanian b erkelanjutan yang sekarang duduk di semester 5 berinisisiatif mengenalkan ECOTAN ke petani milenial sekitar tempat tinggalnya di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Dibimbing oleh salah salah satu dosen Polbangtan Yoma, Asih Farmia, ECOTAN berhasil mengembangkan pupuk dan pestisida organik dengan memanfaatkan urine hewan ternak sebagai salah satu bahan baku. Produk pupuk dan pestisida hasil pengembangan tersebut kemudian diberi merk yang sama dengan nama kelompok mereka yaitu, ECOTAN.
“Pengembangan pertanian organik sekarang sudah mulai menjadi suatu tren di Indonesia, kami sebagai akademisi merasa memiliki tanggungjawab untuk turut berkontribusi. Salah satunya yaitu dengan mendiseminasikan inovasi-inovasi yang kami hasilkan,” ujar Mia kepada Liputan6.com, Senin (22/2/2021).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, Luqman merasa terpanggil melihat permasalahan yang dihadapi petani milenial Sambas terkait masalah budidaya dan POPT. Oleh karena itu dia berinsiatif untuk melakukan penyuluhan secara mandiri kepada petani di sekitarnya.
“Ilmu yang kami peroleh di kampus, coba kami tularkan ke petani di lingkungan masing-masing. Ya hitung-hitung sebagai pengganti kegiatan praktek langsung,” ujar Luqman.
Upaya yang dilakukan Luqman ternyata menarik perhatian dari investor. ECOTAN berhasil menggandeng PT Advansia sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pupuk dan pestisida sebagai mitra pelaksanaan kegiatan.
Mienial Kekuatan Keberhasilan Pembangunan Pertanian Indonesia
Selain bermitra dengan perusahaan swasta, ECOTAN juga berhasil membina petani milenial di Sambas. Fredy dan Ebtani merupakan petani milenial pembudidaya cabai besar dan cabai rawit yang mendapat manfaat dari kegiatan ECOTAN. Selama pandemi, mereka sukses membudidayakan komoditas cabai dan berhasail meraup keuntungan lebih dari 50 juta rupiah berkat pendampingan yang dilakukan ECOTAN.
Selain petani cabai, kini ECOTAN juga menggandeng petani jagung, semangka, dan jambu kristal. Keberhasilan tersebut turut mengundang perhatian Pemerintah Daerah setempat. Pada acara Seminar Pertanian yang dilaksanakan oleh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Sambas.
Menurut Luqman, petani milenial dan pendidikan pokasi pertanian diharapkan terbentuk dari pengembangan sistem pendidikan vokasi khususnya bidang pertanian. "Lulusan-lulusan pendidikan vokasi pertanian khususnya Polbangtan Yoma harus menerapkan ilmu dari bangku kuliah kepada masyarakat luas dan tumbuh menjadi sosok petani milenial yang sukses," ujarnya.
Hal tersebut sesuai dengan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang selalu menekankan bahwa keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia salah satunya ditentukan oleh kualitas SDM nya terutama generasi milenial.
“Milenial punya instuisi yang lebih tajam, kalau milenial didorong maka kekuatan pertanian akan lebih baik,” kata Syahrul.
Kepala Badan PPSDMP Dedi Nursyamsi turut menegaskan bahwa lulusan vokasi pertanian diharapkan tumbuh menjadi pengusaha pertanian milenial yang mampu menjadi resonansi, penggebuk tenaga muda di sekitarnya. "Untuk menjadi SDM pertanian unggulan yang mampu menggenjot pembangunan pertanian menjadi pertanian maju, mandiri dan modern," ucapnya.
Advertisement