Liputan6.com, Pekanbaru - Musim kemarau di Provinsi Riau mulai membuat titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bermunculan. Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, pada Selasa (23/2/2021), terdapat 50 titik panas.
Tak hanya di Riau, sejumlah provinsi di Pulau Sumatera juga mulai terpantau titik panas sebagai indikasi karhutla. Secara keseluruhan titik panas di pulau bagian barat Indonesia ini terdapat 118 titik panas.
Advertisement
Baca Juga
Menurut petugas BMKG Pekanbaru, Bibin, Riau mendominasi titik panas. Dari 50 titik panas, Kabupaten Bengkalis merupakan daerah paling banyak dengan 17 titik panas.
Berikutnya Kota Dumai sebanyak 13 titik panas, Kabupaten Rokan Hilir 12 titik, Siak ada 6 titik dan Kepulauan Meranti serta Pelalawan, masing-masing 1 titik panas.
"Kemudian untuk Provinsi Aceh ada 4 titik panas, Sumatera Utara 38 titik, Kepulauan Riau 14 titik, Sumatera Barat 6 titik dan Jambi 2 titik," kata Bibin, Selasa (23/2/2021).
Bibin menyebut karhutla berpotensi terjadi di Riau melihat cuaca dari pagi hingga malam hari. Pasalnya tidak terdeteksi potensi hujan karena cuaca selalu cerah berawan hingga berawan.
Â
Â
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut ini:
141 Hektare Terbakar
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger menyebut dari awal tahun hingga Februari sudah 141 hektare lahan terbakar di Riau.
"Jika dibandingkan tahun lalu dengan periode sama itu terjadi pengurangan," kata Edwar.
Untuk karhutla hingga akhir Februari ini, Edwar menyebut paling banyak terjadi di Kabupaten Siak, Bengkalis dan Kota Dumai. Lokasi tersebut didominasi gambut yang cepat mengering jika memasuki musim kemarau.
"Sudah dikoordinasikan dengan BPBD daerah untuk ditangani bersama TNI dan Polri," kata Edwar.
Edwar menyebut BPBD Riau sudah meminta bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk mengirimkan helikopter. Baik itu helikopter patroli ataupun membantu pemadaman melalui udara.
"BNPB menjanjikan heli water bombing secepatnya," kata Edwar.
Advertisement