Liputan6.com, Pekanbaru - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau sudah memasang perangkap di Kelurahan Tuah Madani, Kota Pekanbaru, untuk menangkap monyet yang masuk ke permukiman. Salah satunya di sekolah dasar karena primata itu sudah mengganggu pembelajaran.
Perangkap itu tidak membuahkan hasil meskipun ada satu anakan monyet tertangkap. Pasalnya, anak monyet itu dibebaskan sama induknya dan kemudian sempat menghilang beberapa waktu.
Advertisement
Baca Juga
Hilang dari RW 18 kelurahan tersebut, kawanan monyet itu pindah ke RW 06. Seperti biasa, satwa berbulu itu menyasar pohon mangga, jambu, dan pisang milik warga yang memang lagi musim tumbuh.
Ketua RW 06, Husin, menyebut kawanan monyet itu sering berpindah-pindah lokasi. Namun, dipastikan datang ke permukiman tempat Husin tinggal karena tak jauh dari sana ada semak-semak berpohon.
"Kayak hutan, itu ada di belakang perumahan di Jalan Yudha Karya, dua hari lalu datang ke perumahan kami," sebut Husin.
Husin menyebut sudah mengirim surat ke BBKSDA Riau meminta bantuan menangkap monyet itu. Hanya saja lembaga konservasi itu mengaku kekurangan peralatan.
Akhirnya, BBKSDA Riau menyarankan warga RW 06 membuat perangkap sendiri. Hanya saja perangkap itu belum terbuat karena masyarakat keterbatasan dana.
"Disuruh buat perangkap seperti untuk tikus itu, tapi ukurannya hingga satu meter dan dari besi besar itu," kata Husin.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Tidak Ingin Anarkistis
Husin menyebut sudah memperkirakan biaya satu perangkap. Hanya saja harganya terlalu mahal untuk warga, apalagi jumlah yang disarankan BBKSDA sampai enam perangkap.
"Satu perangkap itu harganya sampai Rp600 ribu, kalau enam sudah berapa, itu kendala kami," terang Husin.
Husin berharap pemerintah ataupun lembaga berwenang menyelesaikan masalah monyet ini. Masyarakat siap membantu menangkap jika ada perangkap.
"Harapan kami setelah tertangkap dipindahkan ke lokasi lain yang hutannya lebih besar," harap Husin.
Husin menyebut persoalan ini harus diselesaikan secara bersama. Apalagi monyet itu sudah tidak takut dengan warga dan bisa melawan ketika diusir secara manual.
"Di sini banyak anak-anak, itu yang kami takutkan, apalagi beberapa waktu lalu ada yang digigit," jelas Husin.
Menurut Husin, sejumlah warga ada yang menyarankan tindakan anarkistis. Hanya saja Husin tidak mengizinkan karena monyet itu juga mahluk hidup.
"Ada yang saran bagaimana dibinasakan, tapi saya larang," sebut Husin.
Advertisement