Sukses

Vegan Saubagani, Bisnis Kuliner di Bali yang Terinspirasi Anak Gadis Vegetarian

Seorang fixer di Bali akrobat bisnis kuliner setelah terimbas pandemi. Dia mengambil ceruk kuliner makanan sehat dan vegetarian.

Liputan6.com, Denpasar - Tepat setahun Covid-19 resmi masuk Indonesia. Penyakit yang dipicu virus corona jenis baru itu awalnya menginfeksi dua warga Depok, Jawa Barat pada Maret 2020, dan kini sudah menyebar di seluruh Indonesia dengan total akumulasi penderitanya mencapai 1 juta lebih.

Jero Segara Alit, seorang fixer dari Bali, mengingat momen setahun lalu saat Covid-19 mulai menyerbu. Pandemi membuyarkan agenda proyek kerja sama dengan perusahaan-perusahaan film asing.

Kala itu Jero dan timnya terlibat dalam proyek dengan perusahaan film luar negeri. Proyek pertama sukses dalam pembuatan film Nomad bersama TXL Films Amerika Serikat. Syuting berjalan lancar pada November 2019, mengambil beberapa lokasi di Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kepulauan Seribu, Jakarta.

Mereka kemudian mulai mempersiapkan proyek berikutnya bersama perusahaan film dari Prancis. Agenda syuting dijadwalkan pada April 2020. Namun, Covid-19 sampai Indonesia. Rencana produksi film itu pun batal. Demikian juga dengan proyek-proyek film lainnya yang dijadwalkan selama 2020.

"Kami panik, rencana syuting batal. Ditambah lagi dengan kabar suami di-PHK dari tempatnya bekerja selama empat tahun terakhir," kata Jero, Selasa 2 Maret 2021.

Tidak ingin larut dalam keterpurukan, Jero pun putar otak melihat situasi ke depan yang belum pasti terkait pekerjaannya selama ini. Dia mencari-cari potensi yang bisa diberdayakan untuk menghadapi masa krisis ini.

Jero melirik bisnis kuliner. Dia punya hobi memasak dan merasa memiliki bekal pengetahuan soal masak memasak. Masalah berikutnya, bisnis kuliner sudah menjamur. Harus mencari ceruk yang masih bisa dimasuki pendatang baru.

Akhirnya Jero masuk di bisnis makanan sehat dan vegetarian. Ide ini terinspirasi dari anak perempuannya yang vegetarian sejak dia kelas empat SD hingga kini kuliah semester II pada sebuah Universitas Swasta di Denpasar.

"Hampir setiap hari saya mengolah makanan nabati untuknya," kata Jero.

Sejak 21 Maret 2020, Jero bergabung di aplikasi pengantaran. Dia membuka akun home resto yang menyediakan makanan berbasiskan bahan-bahan nabati dengan brand Vegan Saubagani.

"Karena keterbatasan tempat dan kondisi p[andemi, kami memutuskan untuk tidak melayani pelanggan makan di dalam resto. Jadi khusus take away/ online saja," kata Jero.

 

Saksikan Video Pilihan Ini

2 dari 2 halaman

Masakan Daging Analog

Jero menyediakan maknan sehat (healthy food) berupa makanan yang tidak mengandung bahan pengawet makanan, penyedap masakan dan hanya berbahan nabati. Makanan Vegan Saubadani juga tidak memakai gula putih, tetapi masih menggunakan gula merah pada beberapa jenis masakan seperti sambal.

Selain menyediakan makanan berbasiskan nabati, kata Jero, pihaknya membuat beberapa jenis olahan bentuk daging (daging analog). Ada sate, ayam sisit bumbu betutu, sapi bumbu merah, dan lain-lain. Makanan Vegan Saubagani dibanderol mulai dari Rp 26 ribu sampai Rp36 ribu.

Jero juga menyisipkan 'bumbu' khusus di setiap masakannya. "Kami memasak dengan cinta, di setiap penyajian selalu ada doa berharap mereka akan kenyang dan sehat setelah bersantap menu Vegan Saubagani,"ucapnya.

Kini Jero makin intensif mengembangkan bisnis kuliner rumahannya itu. Proyek-proyek film sejauh ini belum ada sinyal lagi seiring belum berakhirnya pandemi.