Sukses

Kesulitan Akses Internet, Siswa di Nagekeo Berjuang Cari Sinyal hingga ke Perbukitan

Tak seperti pelajar di perkotaan yang justru lebih diuntungkan dengan kebijakan belajar di rumah secara online, siswa-siswi di pedesaan Nagekeo, NTT, ini kesulitan bersekolah karena terkendala akses internet.

Liputan6.com, Sikka - Tidak seperti pelajar di perkotaan yang justru lebih diuntungkan dengan kebijakan belajar di rumah secara online, siswa-siswi di pedesaan di wilayah Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ini kesulitan bersekolah karena terkendala akses internet.

Belajar online praktis menambah beban psikis bagi mereka lantaran begitu sulitnya berburu sinyal internet.

Di tengah semilir angin perbukitan, sejumlah siswa baik dari tingkat SMP maupun SMA itu terlihat serius membaca memelototi telepon pintar mereka untuk belajar.

Tampak, sebuah gubuk kayu berukuran 2x2 meter di Bukit Watu Bhesi Desa Anakoli, Nagekeo dipenuhi sejumlah anak tingkat SMP maupun SMA.

Untuk menuju ke sana, anak sekolah ini menempuh perjalanan darat sejauh 3 kilometer dengan berjalan kaki. Jika dengan kendaraan bermotor, maka waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit dari kampung Anakoli.

Di sana mereka bukan bertujuan menikmati pemandangan, melainkan mengulik kembali materi pelajaran dari sekolah melalui internet dengan mengotak-atik ponselnya.

Sesekali telepon pintar yang digenggam jari-jari mungil itu diangkat, digeser, diarahkan untuk mencari posisi sinyal terbaik. 

Seperti halnya Vera Biabi, salah seorang pelajar SMA di salah satu sekolah di Nagekeo. Dia mengatakan belajar daring sangat menyulitkan. Berbagai kendala tentu dialami oleh para pelajar di desanya seperti keterbatasan akses internet.

Dia mengatakan untuk dapat akses internet, dia bersama teman-teman harus berjuang mencari sinyal internet hingga ke perbukitan.

Selain kesulitan jaringan internet, tambah Vera, materi pembelajaran yang diberikan tidak mudah dipahami oleh mereka.

Vera menilai materi pelajaran yang diberikan langsung oleh guru di sekolah lebih mudah dipahami daripada belajar sendiri.

Kepala Desa Anakoli, Yoseph Laka membenarkan kondisi memprihatinkan itu. Ia mengatakan Desa Anakoli sudah lama merindukan jaringan internet yang memadai. Dampak buruk nihilnya sinyal internet ini tak hanya dirasakan oleh para pelajar, tapi juga seluruh warga Desa Anakoli. Bahkan, dirinya pun juga merasakan kesulitan saat mengirim laporan ke dinas.

"Di Bukit Watu Bhesi itu, bukan hanya anak sekolah yang cari internet, tapi saya juga kalau mau kirim laporan atau data ke dinas yang mengunakan jaringan internet harus lari ke sana baru bisa kirim," ujarnya.

Kades Anakoli berharap ada pihak yang memfasilitasi jaringan telekomunikasi di desanya. Dirinya mengaku sudah berupaya melaporkan ke Pemerintah Kabupaten Nagekeo untuk pengajuan pengadaan jaringan internet di desanya. Hanya saja, kata dia, hingga saat ini belum terealisasi.

"Pastinya kosongnya akses internet ini sangat mengganggu di tengah pandemi corona yang tak bisa ke mana-mana. Apalagi anak-anak harus belajar online. Kami berharap pemerintah memperhatikan,"ujarnya.

Sebagai informasi, Desa Anakoli yang berbatasan langsung dengan Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa dihuni 156 Kepala Keluarga, terdiri dari laki-laki 384 orang, dan perempuan 417 Orang. Sementara, di Desa Anakoli juga mempunyai tempat pariwisata yakni Pantai Kotajogo.

 

 

 

Simak Juga Video Pilihan Berikut: