Liputan6.com, Denpasar - Hari Raya Nyepi Caka tahun 2021 bagi umat Hindu di Bali akan jatuh pada hari Minggu 14 Maret 2021. Di tengah pandemi Covid-19, perayaan Nyepi akan sangat berbeda dengan perayaan pada tahun-tahun sebelumnya, meski pada tahun 2020, umat Hindu di Bali sudah pernah merasakan berhari raya Nyepi di tengah pandemi.
Ketua PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan Hari Raya Nyepi tahun ini tidak ada kegiatan pawai ogoh-ogoh. "Untuk pawai ogoh-ogoh ditiadakan. Sesuai edaran bersama PHDI dan MDA Bali poin 6 tahun 2021," kata dia di Denpasar, Kamis (11/3/2021).
Untuk diketahui, PHDI Bali telah mengeluarkan Surat Edaran terkait Nyepi tahun 2021 mendatang. "Ini untuk melengkapi surat edaran bersama PHDI dan MDA Bali Nomor: 009/PHDI-Bali/I/2021 dan Nomor: 002/MDA-ProvBali/2021," ucap dia.
Advertisement
Baca Juga
Ia menyebut, rangkaian upacara menjelang Nyepi seperti melis, mekiyis, melasti, mekekobok, dilaksanakan mulai Kamis 11 Maret 2021 hingga Sabtu 13 Maret 2021. "Pelaksanaannya disesuaikan dengan desa adat setempat dan diatur oleh prajuru desa masing-masing," ucap Sudiana.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Rayakan Nyepi dengan Tidak Membuat Klaster Baru
Dilanjutkan kegiatan Ida Bhatara Nyejer di Pura Bale Agung atau Pura Desa, sekembalinya dari melis, mekiyis, melasti, atau makekobok sampai tanggal 13 Maret 2021. Perayaan Tawur Kesanga juga dilakukan pada tanggal yang sama.
Runutan tawur kesanga, dimulai dari nunas tirta (meminta air suci) dan nasi tawur oleh perwakilan masing-masing kabupaten/kota ke Pura Besakih pukul 09.00 Wita. "Ini guna memohon tirta tawur dan nasi tawur untuk disebarkan dan diperciki ke wilayah masing-masing," katanya.
Untuk tingkat kabupaten/kota menggunakan upacara Tawur Labuh Gentuh, dengan segala kelengkapannya, dilaksanakan pada pukul 13.00 Wita. Di tingkat kecamatan menggunakan upacara Caru Panca Sanak (sarana lima ekor ayam dengan warna bulu yang berbeda), ditambah itik belang kalung. Pelaksanaannya di catus pata (perempatan jalan) pukul 13.00 Wita.
Kegiatan di banjar atau desa menggunakan upacara Caru Eka Sata. Yaitu ayam brumbun dengan olahan urip 33 (urip bhuana) serta kelengkapannya atau sesuai dengan kemampuan banjar masing-masing, dilaksanakan di catus pata pada waktu sandi kala (menjelang malam).
Perayaan di lingkungan keluarga, upacara dilaksanakan di merajan atau sanggah dengan menghaturkan banten pejati sakasidan.
"Di natar palinggih cukup menghaturkan segehan agung satu tanding atau segehan cacahan 11/33 tanding dan ditujukan kepada Sang Bhuta Bhucari, harus ditekankan pelaksanaan upacara yaitu menyesuaikan kemampuan. Di halaman atau natah rumah, menghaturkan segehan manca warna 9 tanding, mulai dari olahan ayam brumbun disertai tetabuhan tuak, arak, brem, dan air yang ditujukan kepada Sang Kala Bhucari," tutur dia.
Gusti Ngurah melanjutkan, upacara agama di skala rumah akan dilanjutkan dengan pangrupukan (mabuu-buu) dengan berkeliling rumah 3 kali, dengan sarana api seprapak (meobor-obor), bunyi-bunyian (kulkul bambu atau yang lain), bawang putih, mesui dan jangu (Triketuka).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ngerupuk. "Ngerupuk harus dilakukan dengan sradha bhakti sesuai nilai-nilai kesucian agama serta dipimpin oleh bendesa atau klian adat dan perbekel setempat. Ngerupuk dilaksanakan sesuai dengan kondisi desa setempat dengan menerapkan protokol kesehatan penanggulangan Covid-19," ucapnya.
Dilanjutkan dengan perayaan hari raya Nyepi pada Minggu 14 Maret 202 selama 24 jam sejak 06.00 Wita sampai 06.00 Wita.
Sementara itu, sehari setelah Nyepi ada tradisi Ngembak Geni. "Saat Ngembak Geni ini, ngelebar brata penyepian dan melakukan simakrama, dharma santi (silaturahmi) dengan tetap menerapkan protokol kesehatan," ujar dia memungkasi.
Advertisement