Liputan6.com, Pandeglang - Pengikut aliran Hakekok Balakutak rencananya akan dibina oleh Pemkab Pandeglang, agar kembali ke jalan Islam sesuai syariat. Paham keagamaan dan kebangsaan juga akan diberikan bagi seluruh pengikutnya.
Bimbingan keagamaan Islam sesuai syariat Islam, nantinya akan dilakukan oleh MUI, agar pengikut aliran Hakekok Balakutak memahami agama dengan benar.
Advertisement
Baca Juga
"Akan kita perbaiki mereka bekerja sama dengan MUI, kembali ke jalan Allah. Akan kita bina. Awal muasalnya seperti apa, sampai mereka melakukan seperti ini yang kita anggap sesat," kata Bupati Pandeglang, Irna Narulita, Jumat (12/03/2021).
Irna meminta masyarakat jangan menuding Hakekok Balakutak sebagai aliran sesat. Pengikutnya pun jangan dijauhi, namun harus dirangkul untuk kembali ke ajaran Islam yang benar.
Nantinya, jika para pengikut Hakekok Balakutak mau kembali ke ajaran Islam yang benar, akan diberikan pengajian dan wawasan kebangsaan secara rutin.
"Mereka masih mau kembali ke jalan Allah, kenapa ditolak. Kita juga harus kasih ruang ke mereka dengan pelan-pelan, dengan pengajian, wawasan kebangsaan," terangnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Masyarakat Pernah Bakar Padepokan Hakekok Balakutak
Jika belum tersentuh program pemerintah, Irna mengaku akan memberikan bantuan program bagi pengikut aliran Hakekok Balakutak. Pihaknya juga meminta masyarakat tidak gaduh dan terhasut informasi yang tidak benar, sehingga bisa berujung kekisruhan.
"Jika selama ini menutup diri, jauh dari program pemerintah, sehingga melakukan kegiatan yang tidak kita ketahui. Setelah kita ketahui, akan kita bina," dia menjelaskan.
Sebelumnya sempat diberitakan, polisi dan masyarakat mengamankan 16 orang pengikut Hakekok Balakutak pada Kamis, 11 Maret 2021. Mereka kemudian dibawa ke Polsek Cigeulis, selanjutnya diangkut ke Polres Pandeglang.
Berdasarkan catatan, aliran Hakekok Balakutak juga pernah membuat kisruh masyarakat Pandeglang di tahun 2009, dengan mencabuli santriwatinya dengan iming-iming akan diberikan ilmu kanuragan tingkah tinggi oleh gurunya kala itu.
Masyarakat yang kesal, membakar padepokan. Sedangkan pimpinannya, S (45), berdalih sedang melakukan kawin gaib dengan santriwatinya.
Advertisement