Liputan6.com, Samosir Danau Toba di Sumatera Utara (Sumut) memiliki berbagai tradisi unik yang dipercaya oleh masyarakat sekitar, bahkan masih dilaksanakan hingga saat ini. Salah satunya adalah mardoton, cara menangkap ikan yang dilakukan para leluhur.
Sesepuh di Desa Tuktuk Siadong, Oppu Disnan Sigiro menjelaskan, mardoton merupakan cara menangkap ikan yang dilakukan sejak puluhan tahun lalu oleh para leluhur di kawasan Danau Toba. Pada mulanya, mardoton menggunakan bubu.
"Berkembang, dan masyarakat mulai akrab menggunakan doton atau jaring, berbahan kain yang dirajut menjadi mata jaring berbagai ukuran," kata Oppu Disnan Sigiro, Minggu (14/3/2021).
Advertisement
Baca Juga
Disebutkan, sebelum mardoton dilakukan, ada juga serangkaian kegiatan menurunkan solu atau perahu ke Danau Toba, sebelum dipakai menangkap ikan atau mandaram, yatu prosesi tertentu agar solu membawa keberuntungan pada pengguna.
Kemudian membuat sesajian dari tepung beras untuk media doa kepada Tuhan Sang Pencipta melalui Namboru Saneang Naga Laut. Menurut orang Batak, Saneang Naga Laut, sebagai Dewi Air.
"Kepercayaa kita (orang Batak) Saneang Naga Laut perwakilan Tuhan sebagai pemberi berkat yang berkuasa di air," terang Oppu Disnan Sigiro.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut ini:
Festival Mardoton
Bagi para pemuda di Desa Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir, Sumut, mardoton merpakan tradisi leluhur yang harus diperkenalkan ke masyarakat luas, serta untuk mempromosikan kebudayaan dan keindahan Danau Toba dari sisi Pulau Samosir.
Pada Sabtu, 13 Maret 2021, langkah tersebut diwujudkan melalui Festival Mardoton, dan dihadiri oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumut, Musa Rajekshah. Kehadiran Wagub Sumut dan rombongan disambut tari-tarian dan diulosi Panitia Festival Mardoton.
Ijeck, sapaan akrab Wagub Musa Rajekshah, mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh para pemuda setempat. Menurutnya, kegiatan seperti ini dapat mengundang orang dari luar Pulau Samosir untuk menyaksikan festival kebudayaan.
Ijeck juga mengatakan, Festival Mardotondapat menjadi magnet bagi para pengunjung untuk datang ke Samosir. Apalagi festival kebudayaan ini sudah dari dahulu ada, dan sekarang kembali dikembangkan, yaitu tradisi bagaimana cara menangkap ikan secara tradisional.
"Dengan festival ini, anak-anak kita punya edukasi dan pemahaman tentang tradisi dan budaya masyarakat zaman dahulu. Sehingga tidak hilang dengan berjalannya waktu," sebut Wagub Ijeck.
Advertisement
Fokus pada Edukasi
Febry Tua Siallagan dari Komunitas Anak Tao, menyampaikan, festival ini fokus pada edukasi melalui beberapa rangkaian kegiatan. Antara lain, Focus Group Discussion (FGD), pembentukan Komunitas Pardoton, perlombaan Manopong Doton, edukasi ekosistem Danau Toba, dan pameran kuliner.
Ada juga penaburan 20.000 benih ikan mujair dan 200 benih ikan endemik Danau Toba, lomba menghias solu atau perahu, pameran kuliner ikan Danau Toba, dan pemutaran film semi dokumenter 'Ahu Pardoton', serta penanaman 100 bibit pohon.
"Festival Mardoton kali ini, tepatnya jatuh pada Bulan Sipaha Sada atau bulan pertama pada Penanggalan Kalender Batak. Festival ini digelar di sepanjang bibir Pantai Tuktuk," tandasnya.