Sukses

Kisah Para Pemburu Ubo Rampe Labuhan Keraton Yogyakarta di Pantai Selatan

Labuhan ini dalam rangkaian peringatan Jumenengan (Pelantikan) Sri Sultan HB X sebagai Raja Ngayogyakarto Hadiningrat

Liputan6.com, Gunungkidul - Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat menggelar labuhan di Pantai Parangkusumo Kapanewonan Kretek Kabupaten Bantul. Hari ini, Minggu Wage (14/3/2021) Labuhan ini dalam rangkaian peringatan Jumenengan (Pelantikan) Sri Sultan HB X sebagai Raja Ngayogyakarto Hadiningrat. .

Sejak pagi, ratusan wisatawan nampak menanti kedatangan abdi dalem membawa ubo rampe untuk dilabuh (dibuang) ke pantai. Teriknya mentari tak menyurutkan semangat masyarakat menyaksikan gelaran labuhan yang diselenggarakan sekali dalam setahun.

Sebut saja Rohmad (54) warga Solo ini mengaku sudah datang ke Pantai Parangkusumo sejak Jumat Kliwon pekan lalu. Ia sengaja menunggu momen labuhan ini karena memang berhasrat mendapatkan salah satu ubo rampenya. Karena ia percaya akan membawa dampak positif akan usaha yang sedang digelutinya.

Lelaki berjenggot tebal ini datang menggunakan sepeda motor matik miliknya. Di motornya bergelantungan dua kertas yang sudah dilaminating menggunakan plastik. Di atas kertas bertulis laminating tersebut bertuliskan 'Lukis wajah cepat' dan 'Meramal dari lukis wajah'.

Pandemi ini memang membuat kehidupannya semakin berat. Jika biasanya ia mangkal di Penjaringan Jakarta dengan tarif lukis wajah sebesar Rp150 ribu, namun karena pandemi Covid-19 membuat usahanya di Jakarta lesu. Terpaksa iapun pulang ke Solo dan memutuskan untuk berkeliling.

"Sekarang saya nomaden, berkeliling ke tempat-tempat yang ramai seperti Malioboro ataupun Taman di Solo," dia menuturkan.

Kendati sudah berkeliling ke berbagai tempat, namun lelaki ini mengaku belum terlhat usahanya membaik. Lelaki inipun lantas memutuskan untuk laku prihatin di kompleks Cepuri. Sejak malam Jumat Kliwon pekan lalu, ia berada di Cepuri di Pantai Parangkusumo untuk menunggu upacara labuhan yang digelar oleh Pihak Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat.

Ketika Labuhan digelar oleh Pihak Keraton di mana sejumlah ubo rampe alias sesaji kemudian dibuang ke laut. Lelaki inipun buru buru mencari barang sesaji yang dibuang ke laut itu kembali ke daratan disapu ombak Pantai Selatan Bantul. Ia bersyukur karena hari ini mendapatkan salah satu ubo rampe tersebut.

"Saya akan simpan ini. Karena dalam tradisi Jawa akan membawa berkah tersendiri," ucap dia.

Demikian juga Samsul, lelaki Asal Klaten ini juga terlihat turut berburu ubo rampe yang sudah dihanyutkan ke tengah laut. Lelaki yang memiliki warung dan agen penjualan tiket bus malam ini kebetulan mendapatkan bunga sesajen yang dilarung ke tengah laut.

"Saya akan simpan di dompet biar usaha saya laris lagi," ujarnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Labuhan Digelar Dengan Sederhana

Sekitar pukul.09.00 WIB, puluhan abdi dalem Keraton Ngayogyakarta mengenakan pakaian pranakan Jawa tiba di Joglo Kapanewonan Kretek. Mereka membawa sejumlah ubo rampe (sesaji) yang akan dilabuh (dibuang ke laut). Ubo rampe tersebut berupa pakaian Sri Sultan HB X, potongan rambut dan juga kuku Sang Raja.

Upacara serah terimapun dilaksanakan oleh pihak Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat kepada juru Kunci Cepuri Kretek disaksikan oleh Pemeintah Kabupaten Bantul. Sekitar pukul 10.00 WIB, rombongan kemudian berangkat menuju ke situs cepuri yang berada di Kompleks Pantai Parangkusumo Kretek Bantul.

Di kompleks Cepuri, prosesi meneliti kembali ubo rampe dilaksanakan sebelum akhirnya dikemas dalam tempat-tempat anyaman bambu kasarpun dilaksanakan. Puluhan abdi dalem nampak dengan khidmat mengikuti prosesi ini.

Beberapa saat kemudian, puluhan abdi dalem Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat membawa ubo rampe tersebut ke tepi Pantai Parangkusumo. Belasan pemuda dengan telanjang dada membawa ubo rampai diiringi ratusan abdi dalem. Iring-iringan ubo rampe ini dikawal ketat ratusan Paksi Katon, TNI/Polri dan Anggota Tim SAR.

Di tepi pantai, dengan duduk bersila, pimpinan rombongan kemudian terlihat memanjatkan doa dengan diamini oleh para abdi dalem. Sejurus kemudian, para pemuda bertelanjang dada mengangkat ubo rampe tersebut ke tengah laut dan membuangnya. Ratusai warga berebut berbagai ubo rampe yang dibuang tersebut sekembalinya ke tepi pantai akibat terbawa gelombang pantai selatan.

Ubo rampe tersebut diantaranya adalah Kain (Semekan) Kagungan Dalem (milik) Sri Sultan HB X diantaranya Semekan Colok, Semekan Gadung, Semekan Melati, Semekan Jinggo, Semekan Ubo rogo, Semekan Bangun Tulak, 900 Lisah Konyoh, dan Yotro (uang) tindah 1 amplop.

Kemudian ada Penderek diantaranya seperti Nyamping Poleng 1 lembar, Nyamping Teluh Watu, Semekan Grimin 1 lembar, Semekan Songer 1 lembar, Semekan Pandan Ginethok 1 lembar, Semekan Podang Ngisep Sari 1 lembar, Semekan Bangun Tolak 1 lembar, 900 lisah konyoh, Yotro 1 amplop.

Lorodan Ageng Kagungan Ndalem diantaranya seperti Destan 1 biji, Rasukan Surjan 1 lembar, Nyamping 1 lembar, Hem 1 lembar, Lancingan kembar 1 lembar, lancingan 1 lembar. Kemudian Rikmo (rambut) kenoko dalem, Layung Sekar Kyai Ageng 1 karung, Layung Sekar 1 goni (karung).

Carik Tepas Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Wijaya Pamungkas menuturkan Labuhan ini sebagai bentuk manifestasi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di mana pada saat ini dalam memimpin Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat selalu diberi kesehatan.

"Ini bentuk wujud syukur diberi banyak anugerah selama memangku jabatan sebagai Sultan Yogyakarta selama 33 tahun,"terangnya, Minggu (14/3/2021) di sela Labuhan.

Selain itu, Labuhan ini juga sebagai sarana syukur kepada Allah SWT dengan harapan Labuhan ini, Allah akan memberikan sesuatu yaitu aura positif. Terlebih saat ini dalam kondisi pandemic Covid19. Melalui labuhan ini, Kraton Ngayogyakarto berharap Tuhan akan memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya untuk keselamatan dan untuk kesejahteraan Ngarso dalem Keraton Ndalem dan juga masyarakat.

"Yang dilabuh diantaranya kuku, rikmo ada atau rambut dan juga pakaian Ngarso Dalem. Barang-barang itu akan dihapus dibuang,"terangnya.