Liputan6.com, Yogyakarta - Belum adanya kongres yang fokus membahas aksara Jawa sampai ke level teknis membuat Kongres Aksara Jawa I (KAJ I) akan digelar tanggal 22-26 Maret 2021, di Hotel Grand Mercure Jogjakarta.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan DIY Sumadi dalam rilisnya menjelaskan KAJ I ini juga dilatari oleh keprihatinan atas minimnya penggunakan aksara Jawa di kalangan masyarakat, bahkan untuk sebagian dari mereka sudah tidak mengenal lagi aksara warisan leluhur ini.
Advertisement
Baca Juga
"Atas dasar keprihatinan inilah, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menginisiasi diadakannya KAJ I sebagai bentuk tanggung jawab kebudayaan," jelasnya.
Sumadi menjelaskan KAJ I ini juga menjadi penghargaan atas upaya digitalisasi Aksara Jawa yang memungkinkan aksara ini nantinya dapat digunakan dalam platform digital manapun. Sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran baru pentingnya penggunaan aksara Jawa dalam konteks komunikasi sosial di era digital.
"Kongres Aksara Jawa I akan diawali dengan talkshow dengan menghadirkan narasumber KPH Notonegoro (Penggagas Kongres Aksara Jawa I), Prof. Dr. Yudho Giri Sucahyo (Ketua PANDI), dan Badan Standarisasi Nasional, dengan tema 'Digitalisasi Aksara Jawa',".
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Transliterasi hingga Digitalisasi Aksara Jawa
Sumadi menjelaskan dalam KAJ I ini setidaknya ada empat komisi yang akan membahas tentang aksara Jawa. Komisi I membahas tentang transliterasi aksara Jawa-Latin. Komisi II Tata Tulis, Pembahasan tentang tata tulis aksara Jawa.
"Komisi III Digitalisasi Aksara Jawa, membahas tentang digitalisasi aksara Jawa. Komisi IV Kebijakan, membahas tentang kebijakan tentang aksara Jawa. Komisi ini akan fokus pada pembahasan terkait kebijakan–kebijakan bagaimana aksara Jawa bisa diimplementasikan secara nyata, antara lain menyentuh level kebijakan di penggunaannya pada level ranah publik," jelasnya.
Sumadi menjelaskan diharapkan KAJ I ini dapat menghasilkan keputusan strategis terkait semua pembahasan yang dibicarakan dalam kongres. Pengakuan negara atas keberadaan aksara Jawa dan aksara-aksara nusantara lainnya. sehingga dengan demikian aksara Jawa benar-benar dapat diaplikasikan pada ranah digital serta kegiatan masyarakat sehari-hari.
"Diharapkan adanya implementasi secara riil, artinya tidak berhenti pada rekomendasi – rekomendasi yang sulit untuk direalisasikan," jelasnya.
Sumadi menjelaskan peserta Kongres Aksara Jawa I Yogyakarta melibatkan sekitar 1.000 lebih peserta. Peserta itu terdiri dari peserta luring sejumlah 110 orang, yang terdiri dari wakil akademisi, praktisi, budayawan, birokrat, dan masyarakat umum.
"Peserta daring sejumlah 800 peserta dengan domisili peserta berasal dari DIY, Jateng, Jatim, Jabar, Banten, DKI, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Hongkong," katanya.
Advertisement