Sukses

Wantimpres: Belajar di Sekolah dan Mudik Idul Fitri, Tetap Patuh Prokes Covid-19

Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) menerangkan kalau kebijakan pemerintah untuk menggelar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka, sebagai upaya mempertahankan karakter dan budaya bangsa Indonesia yang kuat dalam bersosialisasi.

Liputan6.com, Serang - Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) menerangkan kalau kebijakan pemerintah untuk menggelar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka, sebagai upaya mempertahankan karakter dan budaya bangsa Indonesia yang kuat dalam bersosialisasi.

"Pendidikan juga harus membentuk karakter anak bangsa, tapi juga budaya kita Indonesia yang memiliki karakter, yang memengaruhi eksistensi sebuah bangsa," kata anggota Wantimpres, Mardiono, di Kota Serang, Banten, Selasa (23/03/2021).

Pentingnya pendidikan bagi sebuah bangsa di tengah pandemi Covid-19, harus dibarengi dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Sehingga, kelanjutan pendidikan dan upaya menekan penularan Covid-19 bisa jalan beriringan.

Selama pandemi, pola hidup berubah menjadi new normal. Meski awalnya banyak yang kaget dan menolak, tetapi kini masyarakat sudah mulai terbiasa memakai masker, menjaga jarak atau tidak berkerumun hingga menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan.

"Begitu ada wabah, semua berubah. Anak-anak ini di depan laptop, belajar di situ. Kalau dulu, mandi dulu, pakai baju apa, sudah pantas atau belum, itu yang membuat karakter," terangnya.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Mudik di Tengah Pandemi Covid-19

Mardiono juga menjelaskan dengan rencana diperbolehkannya mudik Idul Fitri 2021, diharapkan juga bisa memulihkan ekonomi nasional. Karena dengan aktivitas mudik, perputaran ekonomi di masyarakat berjalan semakin baik.

Namun, tetap menerapkan prokes Covid-19, baik di transportasi umum maupun pribadi. Selain itu, dalam mudik, menurut Mardiono, terdapat semangat gotong royong dan kebersamaan yang kuat. Semuanya telah menjadi tradisi masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.

"Mudik bukan persoalan ritual, tapi ini budaya. Kita punya tradisi yang kuat. Kita punya tradisi sosial gotong royong. Prokesnya juga harus kuat, jadi dua-duanya ini," ujarnya.

Pria berkacamata ini menambahkan dirinya juga tetap menjalin silaturahmi dengan berkunjung ke sejumlah tokoh agama, masyarakat dan pendidikan di Banten, seperti Abuya Munfasir, KH Wahab Afif, dan Prof Tihami.

Mardiono mengaku banyak menimba ilmu dari para tokoh Banten tersebut. Bahkan, hingga kini, masih kerap bersilaturahmi dan berdiskusi.

"Beliau-beliau adalah guru sekaligus orangtua saya dalam menimba ilmu," jelasnya.