Liputan6.com, Bandung - Angin puting beliung melanda Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, pada Minggu sore (28/3/2021). Akibatnya, ratusan rumah rusak dan pohon tumbang.
Informasi yang dihimpun Pusdalops PB Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jabar, angin puting beliung terjadi di Jalan Ciharalang RW 03 hingga RW 06, Desa Mekarsaluyu.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Manajer Pusdalops PB BPBD Jabar Budi Budiman Wahyu, puting beliung itu disebabkan intensitas hujan yang sangat tinggi disertai angin kencang.
"Rumah dan warung yang ada di jalan utama materialnya tertiup angin dan menumbangkan beberapa pohon menjadikan akses menuju RW yang lain tertutup. Angin bertiup dari lembahan menuju puncak (sesuai kajian awal)," kata Budi dalam keterangan tertulis.
Kejadian puting beliung tersebut, lanjut Budi, terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Berdasarkan data sementara akses jalan hanya bisa mencapai RT 02 RW 03 dikarenakan akses menuju RW 6 tertutup pohon tumbang.
"Yang terdampak warung, beberapa rumah warga, dan gardu listrik yang menjadikan listrik padam," tutur Budi.
BPBD Kabupaten Bandung telah membantu memotong pohon tumbang dibantu hansip, TNI, dan warga."Warga sedikit-sedikit membersihkan puing, memotong pohon tumbang untuk akses menuju RW lainnya," kata Budi.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Penjelasan BMKG
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mencatat kecepatan angin di Stasiun Geofisika Bandung tercatat pada pukul 15.00 WIB sebesar 28 km/jam.
Berdasarkan pantauan citra satelit terdapat pembentukan awan Cumulonimbus di sekitar wilayah dan sekitarnya pada pukul 15:20 WIB, serta kondisi kelembaban yang cenderung basah pada ketinggian kurang lebih tiga kilometer di atas permukaan laut mendukung pembentukan awan-awan hujan.
Dia juga menyebutkan, faktor regional puting beliung dikarenakan adanya daerah belokan angin atau shearline di Jawa Barat bagian tengah serta adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia.
"Seiring akan memasuki periode transisi atau pancaroba, ditandai dengan gejala cuaca yang tidak stabil dan adanya perubahan pola angin sehingga potensi hujan yang terjadi bisa disertai kilat atau petir dan angin kencang atau angin puting beliung," ujar Rahayu.
Sementara berdasarkan faktor global, karena terdapat anomali suhu permukaan laut di perairan Jawa Barat yang masih cenderung hangat sehingga berpeluang terjadi pembentukan awan konvektif potensial hujan.
Advertisement