Sukses

LAPAN Beberkan Penyebab Puting Beliung yang Ubrak-abrik Cimenyan Bandung

Angin puting beliung merusak sejumlah bangunan rumah dan menumbangkan pohon di Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Minggu (28/3/2021).

Liputan6.com, Bandung - Angin puting beliung merusak sejumlah bangunan rumah dan menumbangkan pohon di Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Minggu (28/3/2021). Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) PSTA-LAPAN menyebut, berdasarkan data pertumbuhan awan hasil pengamatan satelit Himawari-8 dari DSS SADEWA menunjukkan, sistem konveksi skala lokal telah terbentuk di sebelah barat Cimenyan sejak pukul 14.00 WIB, Minggu (28/3/2021).

"Sistem ini selanjutnya tumbuh dengan cepat dari pukul 15.00-16.00 WIB. Pertumbuhan awan konvektif yang terjadi dengan cepat dan meluas di sekitar Cimenyan ini disebabkan oleh pembentukan konvergensi angin permukaan," ujar Erma, anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) PSTA-LAPAN kepada Liputan6.com, Selasa (30/3/2021).

Dalam hal ini kata Erma, pembentukan awan Cumulonimbus (Cb) yang sangat cepat dapat memicu cuaca ekstrem, seperti badai guruh, angin puting beliung, maupun water spout.

Erma menambahkan, konvergensi lokal di sekitar Cimenyan tersebut telah membangkitkan badai yang ditandai dengan pembentukan garis konvektif (convective line) berdasarkan data yang terlihat dari radar SANTANU-LAPAN.

"Pada radar tersebut terlihat kemunculan V-Shape rainband yang mengindikasikan tarikan udara dari arah barat laut dan barat daya yang bergerak menuju Cimenyan terjadi mulai pukul 15.56-16.00 WIB," sebut Erma.

Erma menjelaskan bentuk V-Shape dalam pantauan radar yang dikenal dengan istilah badai Bow Echo mencapai proses kematangannya hingga pukul 16.00 WIB lalu pecah dan terdisipasi. Saat terdisipasi inilah, puting beliung dapat terbentuk.

Erma menuturkan aktivitas awan Cumulonimbus yang intensif di suatu tempat perlu diwaspadai karena keadaan tersebut berpotensi membangkitkan puting beliung.

"Hingga saat ini, puting beliung masih sangat sulit diprediksi karena kejadian yang sangat lokal dengan durasi yang sangat singkat (orde menitan)," tukas Erma. 

Simak juga video pilihan berikut ini: