Sukses

3 Warga Gorontalo Masuk Rumah Sakit Usai Disuntik Vaksin AstraZeneca

Tiga warga di Provinsi Gorontalo terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit setelah merasakan reaksi usai mendapat penyuntikan vaksin AstraZeneca.

Liputan6.com, Gorontalo - Tiga warga di Provinsi Gorontalo terpaksa dirujuk ke rumah sakit setelah merasakan reaksi usai mendapat penyuntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Dua warga tersebut mengalami deman tinggi dan pusing hingga muntah.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr Yana Yanti Suleman, saat dikonfirmasi membenarkan informasi tersebut. Yana mengatakan, kedua peserta vaksin AstraZeneca langsung dilarikan ke rumah sakit setelah merasakan reaksi yang tidak biasa.

“Mereka mengalami demam. Tetapi saat ini kondisi mereka berangsur pulih,” katanya.

Yana menjelaskan, Kejadian Ikutan PascaImunisasi (KIPI) memang kerap terjadi ketika tubuh dimasukkan benda asing. Hal itu terjadi karena reaksi tubuh terhadap vaksin yang disuntikkan.

"Dari sekian banyak penerima vaksin KIPI akan dialami oleh beberapa orang seperti demam, menggigil, sakit badan, lemas, pusing dan sebagainya," katanya.

“Untuk vaksin AstraZeneca sekarang ini, sudah ada tiga orang itu sempat dirawat di rumah sakit dan sekarang sudah kembali seperti biasa,” katanya.

Atas kejadian itu, Kepala Dinas Kesehatan, Kabupaten Gorontalo Utara, Rizal Y Kune menegaskan, dirinya menolak adanya vaksin AstraZeneca. Kejadian itu menurutnya bisa membuat masyarakat trauma.

“Kami menolak, saya atas nama Kadis Kesehatan Gorut belum menerima vaksin itu,” tegas Rizal.

Simak juga video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Fakta Vaksin AstraZeneca

Vaksin Covid-19 AstraZeneca asal Inggris ini diterima Indonesia melalui COVAX Facility, yang diproduksi di Korea Selatan. Setelah kasus pembekuan darah pasca penyuntikan vaksin AstraZeneca di Austria dan Denmark, Indonesia melakukan penangguhan juga.

Menurut keterangan dari Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito melalui siaran pers yang diterima Rabu (17/3/2021), penangguhan bukan karena kasus pembekuan darah tetapi sebagai azas kehati-hatian untuk memastikan keamanan dan ketepatan kriteria penerima.

Hal ini diperkuat dengan vaksin Covid-19 AstraZeneca yang dari keterangan BPOM RI berbeda batch dengan vaksin AstraZeneca milik Eropa. WHO pun menyebut manfaat vaksin AstraZeneca lebih besar daripada efek sampingnya.

European Medicines Agency (EMA) juga mendukung penggunaan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca. BPOM Uni Eropa tersebut menegaskan bahwa benefit dari vaksin AstraZeneca lebih tinggi dari risikonya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menegaskan, vaksin Covid-19 AstraZeneca yang masuk ke Indonesia sudah sesuai standar mutu global. Dalam hal ini terkait mutu pembuatan obat yang baik. 

Penangguhan vaksin Covid-19 AstraZeneca bukan karena efek samping pembekuan darah di sejumlah negara Eropa. BPOM RI bersama Komnas Penilaian Obat, Komnas PP KIPI, dan ITAGI tengah melakukan pengkajian terkait keamanan dan ketepatan kriteria.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia sepakat untuk menunda pendistribusian vaksin Covid-19 AstraZeneca oleh Kementerian Kesehatan. Hal ini dilakukan semata mengedepankan azas kehati-hatian.

"Alasan penundaan bukan semata adanya temuan pembekuan darah oleh beberapa negara. Melainkan karena pemerintah ingin lebih memastikan keamanan dan ketepatan kriteria penerima vaksin AstraZaneca," kata Wiku dalam siaran pers diterima.