Liputan6.com, Bantul - Sepanjang hari Jumat (2/4/2021), Tim Densus 88 Mabes Polri menggerebek dua lokasi terduga teroris di Kabupaten Bantul DI Yogyakarta. Sejumlah barang bukti diamankan tim Densus 88 dari rumah tempat tinggal dua terduga teroris tersebut.
Jumat pagi, Tim Anti Teroris ini mengamankan W warga Widoro Kalurahan Bangunharjo Kapanewonan Sewon. Dan selepas salat Jumat, mereka mengamankan KB (42) warga RT 02 Padukuhan Segoroyoso 1 Kalurahan Segoroyoso Kapanewonan Pleret.
Lokasi penggrebekan pertama, Tim Densus 88 Mabes Polri menggrebek kediaman terduga teroris di Padukuhan Widoro, Kalurahan Bangunharjo Kapanewonan Sewon Kabupaten Bantul. Sejak pagi sekitar pukul 06.00 WIB, Densus 88 Mabes Polri sudah mengamankan W (38) warga Padukuhan Widoro RT 06, Kalurahan Bangunharjo Kapanewonan Sewon.
Advertisement
W warga Widoro yang selama ini berprofesi sebagai pedagang soto juga diamankan tim Densus 88. W adalah warga asli Wonosari Gunungkidul dan tinggal di Widoro turut serta istrinya. Penggeledahan rumah W berlangsung cukup lama bahkan hingga pukul 16.00 WIB baru selesai.
Baca Juga
Ketua RT 06Â Padukuhan Widoro, Safei (42) membenarkan adanya penggrebekan tersebut. W adalah salah warganya namun bukan asli Widoro. W asli Wonosari Gunungkidul dan ikut istrinya yang merupakan warga asli Widoro. Pasangan ini membuka usaha berjualan soto tak jauh dari rumah mereka.
"Orangnya ramah. Kalau pertemuan RT tidak pernah ikut. Tetapi kalau ronda justru ikut,"terangnya.
Safei mengatakan, W sebelumnya diamankan sekitar pukul 06.00 WIB. Dan sekitar pukul 08.00 WIB ia diminta oleh polisi untuk menyaksikan proses penggeledahan. Namun ia hanya diperkenankan menyaksikan penggeledahan dari luar rumah dan tidak diperkenankan mendekat.
saat keluar rumah W, Tim Densus 88 setidaknya membawa 14 bungkus (boks) yang berisi beberapa buku, dan seperti peralatan ellektronik. Yang menjadi perhatian warga adalah petugas Tim Densus 88 juga menyita busur panah.
"Tapi semuanya tak tahu pasti. Kami tidak boleh mengambil gambarnya,"ujarnya.
Sementara Titik N (32) yang masih kerabat dari istri terduga teroris W mengatkaan jika W adalah pribadi yang baik dan sering membantu orang lain. W bersama istrinya yang masih ipar dirinya tersebut memiliki tiga orang anak, di mana anak sulungnya tinggal di Pondok Pesantren.
"Itu biasa saja dengan kami, kami juga sering mengobrol,"tambahnya.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Di Pleret, Densus Sita Selongsong Peluru
Selepas salat Jumat, warga RT 02 Padukuhan Segoroyoso 1 Kalurahan Segoroyoso Kapanewonan Pleret Bantul geger. Puluhan polisi tiba tiba datang dan berjaga di depan sebuah gang dengan berpakaian lengkap selepas Sholat Jumat, (2/4/2021). Nampaknya mereka adalah Tim Densus 88 Mabes Polri yang dikabarkan melakukan penggerebekan sebuah rumah di ujung gang dekat masjid setempat.
Ketua RT 02, Mujiyono ketika dikonfirmasi membenarkan adanya peristiwa penggeledahan salah satu rumah milik warganya. Rumah tersebut adalah rumah kontrakan yang ditinggali oleh KB (43) bersama dengan istrinya serta 6 orang anaknya.
"Tadi selesai sholat jumat. saya baru sampai rumah disamperi pak dukuh dan seorang polisi. Suruh menyaksikan itu (Penggerebekan)," ungkapnya.
Mujiyono menceritakan sesaat tiba di rumah usai sholat jumat, ia didatangi oleh Kepala Dukuh dan salah seorang polisi berpakaian preman. Keduanya mengajak Mujiono untuk menyaksikan proses penggerebekan tersebut. Saat itu, Kepala Dukuh mengatakan kepada dirinya yang digrebek adalah tersangka penggelapan dana sebuah yayasan.
Dan ketika sampai di gang masuk ke rumah KB atau sekitar 15 meter dari masjid RT 02, ternyata sudah banyak polisi yang berjaga di mulut gang. Saat itu Mujiono mengaku melihat seorang Polwan menggandeng anak terkecil dari KB turun dari sebuah mobil.
Bersama kepala dukuh, Ia kemudian diminta untuk mengikuti polwan yang menggandeng anak terkecil dari KB. Di belakang polwan tersebut mujiono berjalan mengiringi bersama beberapa polisi yang lain. Namun sampai di rumah KB, Mujiyono dilarang mendekat apalagi masuk ke dalam rumah.
"Saya baru ngeh kalau itu penggrebekan terduga teroris,"terangnya.
Mujiyono hanya menyaksikan penggeledahan yang dilakukan oleh polisi dari jauh . Cukup lama polisi melakukan penggeledahan, hampir 2 jam lebih karena menjelang ashar polisi keluar dari rumah KB. Saat keluar, polisi membawa beberapa barang.
Mujiyono menyebutkan, saat itu polisi membawa beberapa bungkus barang yang di dalamnya berisi buku, CD, Laptop, HP, paspor, Pisau Lipat dan juga sebuah selongsong peluru. Polisi langsung memasukkan barang barang tersebut ke dalam mobil sebelum meninggalkan lokasi.
"KB sebenarnya sudah tidak ada di rumah karena kabarnya diamankan usai sholat Jumat," ungkapnya.
Mujiyono mengatakan, KB menjadi warga di RT 02 sejak 5 tahun yang lalu. KB tinggal di rumah tersebut dengan cara mengontrak 5 tahun ini. KB bersama dengan istri dan 6 orang anaknya tinggal di paling barat wilayah RT 02 tersebut. KB selama ini memang dikenal tertutup.
KB sebelumnya berasal dari Mantrijeron kota Yogyakarta. 5 tahun KB datang ke rumahnya meminta ijin tinggal di RT tersebut dengan menyerahkan persyaratan fotokopi kartu keluarga dan juga KTP serta juga buku nikah pasangan ini. saat pertama kali datang, KB mengaku bekerja di sebuah percetakan di Kota Yogyakarta.
"Nah saya pun meminta dia untuk mengurus surat pindah untuk menjadi warga tetap di sini," tuturnya.
Â
Advertisement
Sosok Tertutup
Mujiono mengakui jika KB memang tergolong tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga sekitar. Namun untuk kerja bakti KB memang sering izin karena alasan harus kerja ke luar kota. Dan seringkali KB hanya membayar upah tukang jika itu kerja bakti dalam skala besar.
Namun untuk kegiatan rutin perkumpulan RT setiap sebulan sekali KB memang sering hadir. Orangnya juga tergolong halus di mana tutur katanya selalu sopan dan cukup aktif di WA grup RT 02. Namun tak ada yang mengetahui kegiatan dari KB selama ini.
Berdasarkan informasi yang Mujiyono dapat dari tetangga dekat KB, KB setiap hari hanya pergi pagi dan baru sore menjelang malam tiba di rumah. KB jarang bersosialisasi dengan tetangga kiri kanannya. Demikian juga dengan sang istri, juga lebih banyak di dalam rumah.
Di awal kedatangan KB, Mujiyono mengaku aktif melakukan pengawasan terhadap KB karena memang ia harus memberikan perhatian khusus terhadap warga baru. Namun seiring berjalannya waktu pengawasan tersebut berkurang karena menganggap KB itu hanya warga yang biasa sama seperti warga yang lain.
ia juga mendapat informasi jika KB sudah tidak pernah lagi mengikuti jamaah salat wajib ataupun salat Jumat di Masjid RT 02 ini. Dalam 3 tahun terakhir KB lebih aktif di masjid padukuhan tetangga yaitu di Padukuhan Kloro ataupun Pungkuran. Sehingga pengawasannya sedikit berkurang apalagi jarak rumah Mujiyono dengan rumah KB cukup jauh.