Sukses

Cerita Eks Pekerja Migran Asal Indramayu Bawa Terasi Cirebon Mendunia

Kuliner khas daerah kerap menjadi salah satu barang yang banyak dibawa pekerja migran ke negara tempat mereka bekerja.

Liputan6.com, Cirebon - Berkah pekerja migran Indonesia (PMI) tak hanya dilihat dari sisi pendapatan saja. Mereka membawa dan memperkenalkan potensi daerah asalnya untuk dijual ke negara tempat para pekerja migran tersebut bekerja.

Bahkan, diketahui aktivitas tersebut sudah lama dilakukan oleh mantan pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Mereka yang memutuskan untuk tidak lagi bekerja di luar negeri memilih membuka usaha sebagai penyambung hidup.

Mulai dari usaha makanan hingga keahlian menjahit dilakukan mantan pekerja migran asal Cirebon dan Indramayu. Sistem pemasaran sebagian besar melalui jaringan pekerja migran yang masih aktif bekerja di luar negeri.

"Ada yang online juga tapi untuk pemasaran di dalam negeri. Kalau luar negeri ya manfaatkan teman-teman pekerja migran yang sedang cuti pulang ketika kembali ke negara tempat mereka bekerja kami titip barang dagangan kami semacam jastip gitu," kata Ashen Kuraesin Manta Pekerja Migran asal Indramayu ditengah mengikuti Pelatihan dan Praktik Digitalisasi Proses Bisnis Kelompok Usaha Eks Pekerja Migran Indonesia oleh Kominfo, Senin (5/4/2021).

Ahsen sudah 11 tahun menjadi pekerja migran. Selain di Timur Tengah, Ahsen bekerja sebagai buruh pabrik di Korea Selatan.

Dia mengaku bersama teman kelompok usahanya terus berusaha belajar menjadi wirausaha. Dia mengatakan, sejauh ini produk yang dipasarkan ke luar negeri adalah Terasi Cirebon.

Terasi yang dijual kelompok usaha yang diketuai Ahsen sudah tembus ke Eropa, London, Taiwan, Jepang, dan Arab Saudi.

"Kalau kirim lewat paket masih takut selain faktor utama mahal kemudian dari sisi kemasan juga sepertinya masih perlu diperbaiki khawatir jadinya rusak. Makannya kami titip lewat bagasi orang saja," kata dia.

Ahsen mengaku dalam upaya optimalisasi produk tersebut membutuhkan banyak kemampuan. Mulai dari manajemen keuangan, pemasaran menggunakan digital hingga pengemasan bagi kelompok usaha yang dirintis mantan pekerja migran asal Indramayu dan Cirebon.

Saksikan video pilihan berikut ini

2 dari 2 halaman

Kendala

Oleh karena itu, dia berharap pemerintah dapat lebih maksimal membantu mantan pekerja migran untuk memasarkan produk mereka ke luar negeri.

"Kalau usaha saya sendiri itu jahit dari sprei sampai jahit baju karena pandemi jadi berdampak. Tapi saya juga punya kelompok usaha dan kebanyakan di makanan salah satunya terasi yang sudah kami bawa mendunia," ujar dia.

Koordinator pelatihan untuk wilayah Indramayu Nur Choirul Afif mengatakan, jumlah peserta sebanyak 180 orang. Mereka mantan pekerja migran asal Cirebon dan Indramayu.

Pelatihan tersebut dibagi menjadi tiga klaster sesuai kebutuhan dan minat kelompok pekerja migran sendiri. Klaster satu fokus manajemen keuangan dan kelembagaan organisasi, klaster dua pemasaran melalui digital dan klaster tiga pengembangan inovasi produk hingga siap jual.

Di klaster satu, peserta diajarkan menata keuangan keluarga maupun bisnis dan menata struktur organisasi menggunakan aplikasi akuntansi yang sederhana sehingga dapat mendokumentasikan aktivitas bisnis mereka.

Untuk klaster dua, peserta diberi pelatihan optimalisasi medsos, marketplace, foto, dan video. Sehingga dapat dengan mudah memasarkan produknya melalui iklan media digital.

Pada klaster tiga, peserta diberi pelatihan pengembangan inovasi produk. Tujuannya untuk memperbaiki produk mulai dari kemasan hingga perizinan dan sertifikasi halal.

"Sudah ada FGD antara Kominfo, Kemenaker, dan Kementerian Koperasi dan UKM dan akan membantu memudahkan eks PMI untuk memasarkan produk mereka ke luar negeri. Di pelatihan ini masing-masing fokus di klaster nanti mereka akan saling berbagi ilmu dari perwakilan klasternya," kata Afif.

Afif mengaku sejauh ini kendala yang dihadapi adalam proses pengiriman produk ke luar negeri. Meski masih dianggap belum layak ekspor, tetapi semangat usaha mantan pekerja migran tersebut harus mendapat dukungan.

"Pernah ada peserta yang punya pengalaman produknya dimusnahkan oleh imigrasi negara setempat saat menitipkan produknya lewat pekerja migran yang masih aktif karena memang waktu itu dalam skala besar," ujar dia.

Afif menyebutkan, pelatihan di Cirebon merupakan yang keempat. Dia berharap pelatihan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan mantan pekerja migran agar bisa lebih memanfaatkan potensi di desa masing-masing sehingga tidak kembali ke luar negeri untuk bekerja lagi.

Â